Hujan yang mengguyur kota Jakarta selama 2 hari itu mengakibatkan
sejumlah ruas jalan di ibu kota tergenang banjir dan tidak bisa dilalui
kendaraan. Karena hari senin tanggal 13 Januari merupakan hari kejepit, aku
berencana seuasi kerja langsung balik lagi ke Bandung. Senin jam 2 dini hari aku
sudah terbangun dan mempersiapkan diri menuju terminal Leuwi Panjang. Seusai
menghangatkan diri dengan menikmati semangkut mie rebus yang disiapkan istri,
segera bergegas dinyalakan motor menelusuri dinginnya kota Bandung. Setelah 15
menit bermotor ria, sampailah di terminal Leuwi Panjang. Aku titipkan motor di
lokasi parkir dan membayar 5 ribu perak untuk parkir seharian, aku segera
menaiki bus jurusan Kalideres. Jam 3-an bus mulai meninggalkan terminal, dan
biasa seusai kondektur bus meminta ongkos saya langsung tertidur pulas. Sekitar
jam 5-an, kondektur sudah memberi aba-aba bagi penumpang yang akan turun di
Jatibening Bekasi. Sepertinya perjalanan Bandung-Jakarta lancar, hanya 2 jam
sudah sampai di Jatibening. Segera aku mendekat pintu bus, agar begitu berhenti
langusng turun untuk berebut bus kota jurusan Senen.
Entahlah kenapa pikirku, sudah 15 menit menunggu tapi bus
jurusan Bekasi Senen hanya satu bus yang lewat itupun sangat padat, hingga aku
pun tak bisa naik. Aku mencoba menunggu lagi, tapi 20 menit berlalu bus kota
itu tak kunjung datang juga. Akhirnya kuputuskan beralih menggunakan bus APTB
Bekasi – Tanah Abang. Joss..sekitar setengah jam bus itu sudah mengantarkanku di
depan BI, setelah berjalan menyusuri jalan Kebon Sirih akhirnya aku sampai di
kantor. Lega rasanya….
Barulah aku tahu setelah membaca beberapa media online bahwa
ruas jalan Otista dan Jatinegara Barat tergenang banjir dan tak bisa dilalui
kendaraan. Mungkin itulah sebabnya bus jurasan Bekasi – Senen sedikit yang beroperasi.
Bersyukur, karena aku segera mengambil keputusan untuk cepat-cepat berubah ke
jurusan yang lain sehingga bisa datang ke kantor tepat waktu.
Sore hari begitu jam kantor bubar, secepat aku menuju pool
bus Primajasa di Cilitan dengan menggunakan busway Harmoni - PGC. Banjir di
jalur Jatinegara Barat rupanya masih belum surut, sehingga sesampai di halte
Kebon Pala Jatinegara, kondektor bus mengumumkan bahwa busway akan langsung
tembak ke halte UKI. Maka penumpang yang akan menuju Kampung Melayu, Kampung
Rambutan, atau halte-halte di sepanjang jalan Otista berebut turun. Bus
kemudian melanjutkan perjalanan tidak melalui jalan biasa yang dilaluinya,
tetapi melewati jalan Panjaitan – Cawang. Tapi entah kenapa ada satu penumpang
yang tidak ikut turun, padahal tujuan dia adalah di halte yang tidak akan
dilalui oleh bus tersebut. Mencoba dia meminta ke kondektur busway untuk turun
di halte yang dilalui, tetapi oleh kondektur tetap menolak karena memang halte
yang dilalui oleh busway itu bukan rute yang dilayaninya. Akhirnya dia pun
harus turun di halte UKI.
Ada sebuah pelajaran, dari kejadian pagi dan sore hari itu..
Kita memang harus siap menghadapi perubahan, baik secara naluri bahwa kita
harus berubah sikap karena keadaan-keadaan yang berbeda dari kebiasaan. Seandainya
kita tetap bersikap sama di saat keadaan berbeda, mungkin kita akan mengalami
kendala. Seperti peristiwa pagi itu, kalaulah aku tetap menunggu bus jurusan
Senen padahal bisanya bus itu lewat setiap 5 menit, tapi pagi itu sudah setengah
jam belum juga lewat. Maka besar kemungkinan aku akan telat datang ke kantor.
Namun sering kali kita mendapati orang bahkan mungkin kita
sendiri, walaupun sudah diberitahu akan adanya suatu perubahan, tapi kita tetap
mempertahankan pola pikir dan kebiasaan kita. Seolah kabar, informasi, ataupun
nasihat hanyalah omong kosong. Sehingga kita tetap mempertahankan kebiasaan
kita selama ini. Seperti yang dialami oleh satu penumpang busway yang tidak
mengiraukan pengumuman kondektur busway itu. Akhirnya dia harus sampai di suatu
tempat yang bukan menjadi tujuannya.
Ayo.. Kita menjadi orang yang siap berubah dan memberikan perubahan ke arah yang lebih baik.
Amin.
Sardana
Sardana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar