Cinta, Cinta, dan Cinta…
5 huruf yang mampu menghapuskan kesedihan
1 kata yang mampu membangkitkan semangat hidup
Cinta, Cinta, dan Cinta…
Tak ada habisnya jika kita berbicara cinta, apalagi bagi engkau yang masih muda
Seakan cinta menjadi magnet yang kuat dalam hidup ini…
Cinta adalah anugerah sekaligis musibah. Ia
akan menjadi kenikmatan bila muncul karena Allah dan berlangsung di jalan Allah
(Al-Hubb Fillah Wa Lillah). Cinta seperti ini tidak mengenal batas ruang
dan waktu, bahkan melampui batas fisik dan materi. Orang bijak berkata, cinta
yang fitrah adalah buah yang tak mengenal musim dan dapat dipetik oleh
siapapun. Karenanya, cinta yang semacam ini tak jadi masalah kepada siapa dan
seberapa besar ditunjukan asalkan didasari karena Allah dan Di JalanNya.
Perasaan cinta dalam jiwa
manusia memang sebuah misteri, sebagaimana fenomena ruh. Nabi saw. bersabda :
''Ruh itu laksana pasukan yang dikerahkan, seberapa jauh mereka saling mengenal
maka sejauh itu pula mereka saling menyatu, dan seberapa jauh mereka tidak
saling mengenal, sejauh pula mereka akan saling berselisih. "(HR. Bukhari,
Muslim Dan Abu Dawud). karena itulah, sebagaimana diriwayatkan dalam Hadist
Muslim, disebutkan bahwa menyatunya jiwa sesama mukmin dalam cinta menjadi
lebih kuat dan tetap hidup seperti satu tubuh.
Begitu kuatnya pengaruh
cinta, kadang dapat menghilangkan kontrol emosidan rasio manusia sehingga ia
tak lagi mampu bersifat objektif. Cinta bahkan dapat juga membuat orang mabuk
asmara dan terjebak cinta buta sebagaimana diungkapkan penyair Qais : "Kau
gila karena rang yang kau cinta. Memang cinta buta itu lebih parah dari gila.
Orang tidak bisa sadar karena cinta buta, sedangkan orang gila bisa terkapar
tak berdaya". Yang paling parah, cinta dapat membuat seseorang melupakan prioritas cinta atau
menduakan cinta kepada Allah yang dapat berakibat syirik.
Mengendalikan
Cinta :
Cinta memang
persoalan qalbu. Dan qalbu, seperti namanya, bersifat labil (yataqallabu),
sehingga perlu upaya maksimal untuk mengendalikannya secara adil. Nabi saw pun
memaklumi fenomena batin ini sebagaimana pernyataannya suatu kali: "Ya
Allah, inilah usahaku sebatas kuasaku, maka janganlah Engkau cela diriku
tentang apa yang Engkau kuasai dan aku tidak kuasa (hati)." (HR.Abu Dawud)
Melalui manajemen dan
pengendalian, cinta sesungguhnya dapat menjadi motivasi kontrol dalam kebaikan.
Inilah esensi pesan Alhubb wal Bughdhu fillah, Cinta dan benci karena Allah.r
Bahkan, kemarahan merupakan kelaziman cinta yang selayaknya diekspresikan
secara bijaksana tampa keluar syariat. Kemarahan Nabi saw, contohnya,
senantiasa diungkapkan dalam ekspresi perubahan mimik muka, diam, atau isyarat.
lainya yang diiringi penjelasan dan dialog dari hati kehati. Karenanya Beliau
tidak menyukai lelaki yang suka memukul wanita bila marah apalagi sampai
menampar wajah. Sebaliknya, Beliau juga tidak menyukai wanita yang meninggalkan
dan menghianati suaminya bila sedang marah.
Manajemen cinta akan
menumbuhkan sikap adil yang membawa hidup sehat dan seimbang. Ibnul Qayyim mengatakan
'Cinta bagi ruh sama dengan makanan bagi tubuh. Jika Engkau meninggalkanya akan
membahayakan dirimu, tetapi jika terlalu banyak serta tidak seimbang akan
membinasakanmu.
Menuju Cinta
Sejati :
Proses menuju cinta
suci yang diberkati Allah tidaklah mudah. Diperlukan upaya manajemen diri,
termasuk pengendalian ego, menumbuhkan empati serta solidaritas sebagai
persyaratan iman. Sabda Nabi saw: "Tidaklah beriman seseorang diantara
kalian sampai ia mencintai saudaranya (seiman) sebagaimana ia mencintai dirinya
sendiri " Bahkan, cinta sesama mukmin merupakan syariat masuk syurga
"Tidaklah kalian akan masuk surga sampai kalian beriman dan kalian
tidak akan beriman sehingga kalian saling mencintai. "(HR. Muslim).
Cinta yang
dikehendaki islam ini adalah cinta sejati nan arif bukan cinta buta yang bodoh.
Manajemen cinta mengajarkan agar perasaan cinta tidak menghalangi kita
melakukan hal yang semestinya kita kerjakan. Sehingga, kita tidak akan
melakukan hal yang bertentangan ddengan kemaslahatan atau memancing kemarahan
Allah. Karena sikap demikian merupakan cinta buta yang bodoh. Sebagai contoh,
seorang ibu yang begitu memanjakan anaknya karena cintanya yang mendalam sampai
melupakan pendidikan dan pengajaran, justru dapat membuat anak menjadi durhaka.
Adapun cinta yang
arif sejati adalah sebagaimana cinta Allah kepada-Nya dan cinta Rosullulah
kepada umatnya. Yang diinginkan Allah bagi hambaNya hanyalah kebaikan,
kesempurnaan dan kemuliaan dan membenci segala kemungkaran dan kejahatan (Qs.
Fathir:35,Al-Kahfi:18). Seorang muslim hanya mengenal cinta suci mulia yang
penuh kearifan dan kesadaran, yang melahirkan cinta kepada Allah dan Rosul-Nya.
Dan meletakkan cinta tersebut di atas segala-galanya sebagai sebagai tolok
ukur. Suatu ketika, seorang arab badui menghadap Nabi saw dan menanyakan
perihal datangnya kiamat, lalu beliau balik bertanya: "Cinta kepada Allah
dan Rosul-Nya" Beliau menyahut: "Engkau bersama siapa yang engkau
cintai", (Qs.Az-Zukhruf:43,Al-Furqan:25)
Manajemen cinta
mendidik sikap selektif dalam melabuhkan cinta. Nabi berpesan: "Seseorang
akan mengikuti poa hidup orang dekatnya maka hendaklah kalian mencermati siapa
yang ia pergauli. "(HR. Ahmad, At-Turmudzzi dan Baihaqi). Sabdanya pula:
"Janganlah engkau berakraban kecuali kepada seorang mukmin dan janganlah
engkau menyantap makanamu kecuali orang yang takwa." ("(HR. Ahmad,
At-Turmudzzi dan Abu Dawud).
Merawat Cinta :
Apabila pilihan cinta
sudah tepat, diperlukan pemeliharaan. Karena cinta adalah buah iman yang
mengalami dinamika seiring dengan baik buruk perlakuan dan sikap hidup. Ibarat
tanaman, cinta memerlukan siraman, pemupukan dan perawatan kontinyu. cinta
dapat redup ataupun mati bila tidak dipelihara. seseorang sering mengalami
problem cinta dengan pasangan hidupnya, dari merasa tidak dicintai atau merasa
sudah memberikan segalanya namun tidak ada timbal balik yang pantas dan
sebaganya.
John Gray, Ph.D dalam "Men, Women and Relationships"
Menyarankan pasangan untuk berfikir berlawanan dengan apa yang paling ia
inginkan, agar pasangannya merasa dicintai. Artinya, harus berani
menge-nyampingkan keinginan serta ego diri sendiri, tentunya dalam islam tampa
melanggar kaidah syariat.
Skala prioritas cinta semestinya diimplementasikan
agar cinta tidak bertabrakan dan merusak hubungan, karena dalam hidup banyak
hal yang memang secara fitrah kita cintai (Qs.Ali Imran:14). Hal ini dapat
berjalan baik apabila ada saling pengertian dan sikap bijaksana, sehingga tidak
terjadi sikap salah paham dan aksi kecemburuan yang tidak pada tempatnya. Model
prioritas cinta yang pertama adalah cinta Allah dan Rosul-Nya, Al Islam,
Akidah, syariat dan jihat fi sabillilah di atas segalanya. Kemudian, cinta kepada
orang tua bagi anak lelaki dan bagi wanita yang belum menikah. Bagi wanita yang
sudah menikah, prioritas cinta kepada suami lebih dahulu baru orang tua. Lalu
kepada istri dan anak bagi lelaki dan seterusnya...
Indahnya cinta kawan,
Kau rugi jika tidak merasakan cinta,
Kau sesal jika tidak mendapatkan cinta,
Kau salah jika tidak mengekspresikan cinta
Kau akan segera bersedih hati jika tidak mengamalkan cinta
Cinta.. cinta yang sesuai hak dan prioritasnya
Cinta.. cinta yang hakiki
Sardana
Sumber :