Sebuah tulisan yang say baca dari salah satu harian ibu kota itu membuat saya tersenyum. Namun dibalik kelucuannya itu ada hikmah yang dapat kita ambil pelajarannya. Karena bisa jadi kita pun sering mengakami hal seperti itu. Membuat orang lain bingung atau bahkan tertawa lantaran ulah dan pemahaman kita.
Suatu hari seorang lelaki paruh baya berbelanja ke toko untuk membeli sabuk kulit buaya, terjadilah tawar menawar, sambil menunjuk salah satu sabuk kulit, lelaki tadi bertanya :
Suatu hari seorang lelaki paruh baya berbelanja ke toko untuk membeli sabuk kulit buaya, terjadilah tawar menawar, sambil menunjuk salah satu sabuk kulit, lelaki tadi bertanya :
“Bang, berapa nih harganya?”
“Tiga ratus ribu pak” jelas pelayanan toko.
“Ya pak, ini kan asli kulit buaya. Kalau pingin murah cari buaya sendiri aja pak”, kata pelayanan dengan bernada canda.
Mendengar ucapan pelayanan toko,
maka lelaki itu pergi meninggalkan toko tersebut. Setelah tiga hari berlalu,
lelaki itu kembali mendatangi toko dengan raut muka marah, sambil berkata agak
keras ke pelayanan toko, “Kamu jangan coba tipu saya ya!!”.
“Emang
kenapa pak?” ucap pelayanan toko kebingungan.
“Saya sudah tiga hari
dan telah menembak tiga buaya, tapi dari ketiga buaya yang berhasil saya tembak…
tidak satupun yang mengenakan sabuk.
Kamu telah membohongi saya” jelas lelaki tersebut.
Sebuah
sindiran buat kita, bahwa kita harus mau untuk terus belajar. Tidak merasa puas
dengan pengetahuan yang kita miliki.
Ada sebuah ungkapan
yang berbunyi, “Learning is never ending adventures.” Yang artinya, pembelajaran adalah proses
petualangan yang tiada akhirnya. Juga
ada slogan, “Stop Learning Stop Growing”, berhenti belajar berhenti berkembang.
Nabi Muhammad saw pun menyuruh umatnya untuk terus belajar,
اُطْلُبُوا العِلْمَ مِنَ المَهْدِ إِلى اللَّحْدِ |
“Tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke liang lahat” (HR. Bukhori)
Bahkan jarak yang jauhpun bukan penghalang untuk terus belajar, Rasulullah saw bersabda:
اطْلُبُوا الْعِلْمَ وَلَوْ بِالصِّينِ |
"Tuntutlah ilmu sampai sampai ke negeri Cina"
Mengapa harus terus
belajar sepanjang kehidupan kita, bukannya kita di masa muda telah menamatkan
sekolah hingga jenjang pendidikan tinggi. Bukankah usia tua adalah saat-saat
menuai hasil dari proses belajar kita di masa lalu. Mungkin inilah sedikit alasan
agar kita terus mau belajar.
Pertama, karena kunci meraih suskes itu adalah dengan
ilmu. Pingin sukses jadi pengusaha tentu harus tahu pengetahuan tentang entrepreneurship, pingin sukses jadi
seorang manajer tentu harus belajar ilmu-ilmu dan skill manajemen. Apalagi kalau ingin
sukses dunia dan akhirat tentu harus berbekal ilmu bagaimana meraihnya. Umar bin Abdul Aziz berkata: "Barang siapa menghendaki kehidupan dunia maka wajib baginya memiliki ilmu, barang siapa menghendaki kehidupan ukhrowi maka wajib baginya memiliki ilmu, dan barangsiapa yang menghendaki keduanya maka wajib baginya memiliki ilmu." Jadi kalau mau sukses ya harus mau belajar.
Mengapa kalangan para sahabat Rasulullah saw menjadi generasi terbaik? Salah satu jawabannya adalah karena mereka merupakan orang-orang pembelajar dan pencari ilmu yang gigih. Suatu ketika Rasulullah mengatakan "Akan datang kepada kalian sekarang ini seorang laki-laki penghuni surga", dan mengulanginya sampai 3 hari berturut. Di antara sahabat Rasulullah saw mencoba mencari tahu kelebihan dari seorang lelaki tersebut yang menyebabkan Rasulullah menyebutnya sebagai calon penghuni surga. Itulah bentuk semangatnya mencari ilmu demi kebahagiaan hidup terutama kehidupan di akhirat.
Kedua, karena
memang ilmu yang kita miliki sangat sedikit sementara pelajaran yang terhampar di
luar sana begitu sangat banyak. Dalam Al-Qur'an sendiri menyatakan:
"dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit" (QS. Al-Israa: 85)
Maka belajar adalah satu-satunya pintu untuk
memasukan ilmu-ilmu tersebut masuk ke dalam diri kita. Modal yang diperlukan
untuk termotivasi hal ini adalah jangan puas terhadap ilmu yang kita miliki. Buka pintu kita selebar-lebarnya bagi ilmu dan pengetahuan.
وَمَا أُوتُوا مِنْ الْعِلْمِ إِلَّا قَلِيلًا |
"dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit" (QS. Al-Israa: 85)
Ketiga, orang berilmu lebih baik dibanding orang berharta. Kalau harta dinafkahkan akan habis sehingga pemiliknya sering disibukkan
untuk menjaganya, sedangkan ilmu kalau dinafkahkan tak akan pernah habis bahkan
terus berkembang. Ilmu akan menjaga pemiliknya. Jadi belajar dan mengajarkan
akan menjadikan kita lebih baik. Sabda Rasulullah:
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ |
“Yang terbaik dari kalian adalah yang mempelajari al-qur'an dan mengajarkannya”.
Allah swt akan mengangkat derajat orang-orang yang berilmu,
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ |
Keempat, konsepsi pemahaman kita terhadap sesuatu bisa
jadi kurang tepat. Seperti pada cerita
di atas, sebuah sindiran yang mungkin tidak sedikit orang ngotot akan
persepsinya sendiri padahal keliru. Kita terus meyakini terhadap apa yang kita tahu sehingga semua perilaku kita didasari oleh keyakinan tersebut. Mungkin benar menurut kita, karena sebatas itulah ilmu kita. Tetapi belum tentu menurut orang lain. Bisa saja, saat kita ngotot berdebat, merasa pintar, dan orang lain kita persalahkan, padahal di belakang kita, lawan debat kita, orang yang mendengarkan omongan kita malah menertawakan kita. Belajar terus untuk mengkonfirmasi apakah ilmu kita telah tepat atau belum.
Kelima, pengetahuan yang kita miliki bisa jadi sudah telah usang, sudah tidak
sesuai lagi dengan perkembangan jaman. Mau tidak mau kita harus
mengupgrade-meningkatkan, mengupdate-memperbaharui dengan pengetahuan yang
terus berkembang. Caranya.. ya tetap belajar.
Apa pun kondisi kita saat ini, profesi apa pun yang sedang kita jalani. Walaupun saat
ini kita sedang menikmati puncak keberhasilan, jangan pernah mengurangi
kewaspadaan sedikit pun untuk menatap masa depan, jangan pernah berhenti
belajar, dan jangan pernah berhenti memperbaiki diri. Hanya dengan cara
demikian kita akan tetap eksis dan bersiap menghadapi berbagai perubahan.
Sardana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar