Setiap orang pasti merasakan masa-masa sulit. Himpitan
ekonomi, penyakit yang diderita, kekhawatiran, kesedihan, bencana alam atau
ujian dalam bentuk lain. Namun ternyata Nabi mengabarkan kepada kita bahwa itu
adalah salah satu cara Allah mencintai suatu kaum. Nabi saw bersabda, “Apabila
Allah mencitai suatu kaum, Ia akan menguji mereka”
Mungkin sebagian kita bertanya, “Mengapa mesti demikian,
Allah mewujudkan rasa cinta dengan menggunakan ujian sebagai sarananya?”
Kita pernah atau sedang mengikuti pendidikan dalam suatu
jenjang, SD, SMP, SMA atau bahkan perguruan tinggi dalam segala level. Atau
saat mengikuti kegiatan extra kurikuler seperti karate, taekwondo, dan lain-lain.
Setiap kali ada kenaikan tingkat atau jenjang mesti akan ditempuh dengan ujian.
Begitu pula Allah ketika hendak mengangkat derajat suatu kaum atau meningkatkan
posisi seorang manusia di hadapan-Nya, Dia akan memberi ujian kepada yang
dikehendaki-Nya. Di saat seorang hamba tidak memiliki amalan-amalan yang dapat
mengantarkan ke level yang lebih tinggi, Allah memberikan alternative lain
yaitu dengan terus-menerus mencobanya dengan sesuatu yang tidak disukainya.
Sehingga bila dia sukses melaluinya, tentu ia akan mencapai kedudukan tersebut.
Tidak sedikit orang yang ketika diberikan kelapangan hidup,
kekayaan yang berlimpah, popularitas yang teratas, tapi justru itu semua
menjauhkan dirinya dari Allah. Seolah apa yang ada pada dirinya adalah hasil jerih
payahnya semata, karya tangannya sendiri. Mereka lupa kalau itu semua
hakikatnya adalah kehendak Allah. Semua yang ada di alam semesta ini adalah
milik Allah. Kesuksesannya telah manjadikan dirinya seorang yang sombong,
angkuh, merendahkan orang lain. Padahal itu semua adalah dari Allah, tapi dia
lupa. Ujian berupa kesusahan, kegagalan, atau bentuk lainnya merupakan sarana
yang Allah rancang agar seorang anak manusia itu tidak lupa dan mengingat
kembali akan keberadaan Allah yang memberi kehidupan. Ujian laksana rem
kehidupan pada waktu pengemudinya terlalu asyik dengan nyaman perjalanan. Sufyan
bin Uayinah berkata, “Apa yang tidak disukai seseorang, itu lebih baik daripada
apa yang disukainya. Sebab, apa yang tidak disukainya dapat mendorongnya untuk
berdo’a, sedangkan apa yang disukainya dapat membuat lalai.”
Sangat mustahil sesorang selama hidupnya terbebas dari perbuatan
salah dan dosa. Dengan segala ketidaksempurnaannya, manusia akhirnya pernah juga tergelincir pada perbuatan dosa.
Secerdik apapun seorang bertindak, tentu akan ada kekurangan. Bahkan diam saja tidak
berbuat karena khawatir salah juga sebuah kesalahan, karena tidak mau
memanfaatkan kesempatan untuk beramal. Di
sinilah kemudian Allah membuktikan kecintaannya dengan memberikan ujian kepada
hamba. Sakit, sedih, derita bagi seorang hamba adalah sarana yang Allah berikan
untuk membersihkan sebagian dosanya. Seorang yang tatkala sehat terbiasa
melakuakn berbagai ibadah misalnya sholat sunah, tapi kemudian dia tidak bisa
lagi melakukannya karena sakit, maka nilai ibadah sholatnya itu akan terus dia
dapatkan. Ya, ujian akan membersihkan
dirinya dari dosa.
Begitu besarnya manfaat dari ujian hidup, maka seyogyanya
kita tidak perlu terlalu bersedih atas musibah yang dihadapi. Tidak membuat kita frustasi apalagi putus asa
dalam menjalani hidup. Tapi harus melihatnya dari sisi positif bahwa Allah
masih mencintai dirinya. Bersabar dan melipat gandakan kesabaran adalah sebuah
pilihan yang tepat untuk kita ambil, sebab hanya itulah yang akan menjadikan
hidunya semakin baik dan lebih baik. Jadikanlah sabar dan sholat sebagai
penolong kita. Janganlah kamu lemah dan sedih, jika kamu orang-orang yang
beriman.
Sardana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar