Hai orang-orang yang beriman, masuklah ke dalam Islam secara
keseluruhan, dan janganlah kalian menuruti langkah-langkah syaitan.
Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.
[QS. Al-Baqarah : 208)
Asbab An-Nuzul
Seandainya
kita coba menelaah Kitab Asbab An-Nuzul yang berkenaan dengan ayat tersebut,
maka kita akan mengetahui bahwasannya–dalam satu riwayat–ayat tersebut
berkenaan dengan sekelompok kaum Yahudi yang menghadap Rasulullah SAW yang
hendak menyatakan keimanannya, namun disamping itu mereka pun (orang-orang
Yahudi tersebut) meminta pula kepada Nabi SAW agar dibiarkan merayakan hari
Sabtu dan mengamalkan Kitab Taurat pada malam hari. Mereka menganggap bahwa
hari Sabtu merupakan hari yang harus dimuliakan, dan Kitab Taurat adalah
kitab yang diturunkan oleh Allh SWT juga. Oleh karena itu, berkenaan dengan
peristiwa tersebut, maka turunlah ayat tersebut di atas, yang merupakan
perintah agar tidak mencampur-baurkan agama. Di antara orang-orang Yahudi
yang menghadap kepada Nabi itu adalah: Abdullah bin Salam, Tsa’labah, Ibnu
Yamin, Asad bin Ka’ab, Usaid bin Ka’ab, Sa’id bin ‘Amr, dan Qais bin Zaid
(Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Ikrimah).
Beragama Islam secara kaffah (totalitas) paling tidak
mencakup empat hal:
Pertama, kaaffah dalam pengertian keseluruhan ajaran Islam.
Islam
adalah pedoman hidup yang lengkap dan sempurna. Allah berikan kepada kita
untuk mengatur keseluruhan aspek kehidupan. Oleh karena itu, maka kita harus
menerima dan mengamalkan seluruh ajaran Islam. Tidak boleh kita ambil
setengah-setengah. Salah satu ajarannya kita amalkan, sementara ajarannya
yang lain kita buang.
Jadilah
pemeluk Islam yang berangkat dari iman yang mendalam, dari inti keyakinan,
dari penyerahan diri secara total, yang mencakup segala-galanya, lahir dan
batin, spiritual dan intelektual, ibadah dan muamalah, akidah dan syariah,
tarikat dan hakikat, personal dan sosial, individual dan komunal, keluarga
dan negara, ekonomi dan politik, seni dan budaya, rakyat (ma’mum) dan
pemimpin (imam), sehingga terciptalah kedamaian lahir-batin dan terjauh dari
tipu muslihat setan beserta konco-konconya.
Banyak
orang yang ketika shalat menggunakan tata aturan Islam, tapi sayang ketika
berjual beli tidak mau diatur Islam. Ada juga yang saat berpuasa konsisten
dengan tata aturan Islam; tidak makan, tidak minum dan tidak berdusta, tapi
saat berpolitik tak mau berpegang teguh dengan ajaran Islam sehingga bermain
culas, lalu korupsi dan suka berbohong. Banyak yang punya anggapan ini
masalah politik, bukan masalah agama. Seakan-akan kalau berpolitik lalu boleh
berdusta dan culas. Padahal Islam sesungguhnya sebagaimana mengatur tentang
shalat dan puasa juga mengatur tentang dagang dan mengatur urusan negara.
Islam sebagaimana mengatur tentang keimanan dan ibadah, juga mengatur tentang
hukum dan tata cara berbusana. Pendek kata, Islam itu mengatur manusia dari
bangun tidur hingga tidur lagi bahkan saat tidur. Mengatur manusia dari lahir
hingga menguburnya saat mati. Islam mengatur mulai dari masuk kamar mandi
hingga mengatur bangsa dan negara bahkan dunia.
Perlu
ditegaskan bahwa Al-Qur’an diturunkan oleh Allah adalah agar kita jadikan
pedoman hidup. Kita amalkan semua ajarannya. Bukan sekedar kita baca untuk
mencari pahala, sementara tata aturannya kita tinggalkan. Kita ambil mana
yang kita suka dan kita buang mana yang kita tak suka.
Sungguh,
Allah mengecam berat terhadap orang-orang yang beragama secara parsial.
Yang kedua, kaaffah (totalitas) dalam pengertian
tempat.
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|