Suatu kisah sosok pemuda yang bernama Abu Bakar Al-Misky. Nama aslinya adalah Abu Bakar. Sedangkan al-Misky adalah gelar yang diberikan orang-orang kepadanya.
Al-Misky artinya, yang harum seperti minyak kasturi. Ia menyandang gelar ini karena tubuhnya seharum minyak kasturi, padahal ia tak pernah menyentuh minyak wangi.
Abu Bakar adalah seorang lelaki yang tampan, tak sedikit wanita yang tergila-gila. Namun, Abu Bakar juga adalah seorang yang shalih, sekuat apa pun godaan yang dihadapinya, ia selalu dapat melaluinya. Ia selalu dapat menjaga aturan-aturan Allah swt.
Tentang bau tubuhnya inilah banyak orang bertanya-tanya. Apa yang menjadi sebab ia bisa memiliki tubuh seharum itu?
Maka Abu Bakar bercerita bahwa hal itu berkaitan dengan sebuah kejadian, “Suatu hari, tersebutlah seorang wanita ahli zina memperdayaiku”
Saat aku melewati rumah wanita itu, aku mendengar teriakan minta tolong. Segera saja aku masuk ke rumah itu dengan maksud untuk memberikan pertolongan.
Namun ternyata, teriakan itu hanyalah tipuan belaka. Setelah aku masuk, segera si wanita tadi mengunci pintu rapat- rapat. Baru aku sadar, aku masuk ke dalam jebakannya. Aku memaksa wanita itu untuk membiarkanku pergi dari rumahnya. Namun wanita itu menolak. Aku baru boleh keluar dari rumah itu dengan satu syarat. Aku harus melakukan zina dengannya. Tubuhku bergidik, dadaku panas, bulu kudukku berdiri, kepalaku bergolak, membayangkan aku harus melakukan dosa besar itu. Bagaimana pun itu adalah sebuah dosa yang tak termaafkan. Aku tetap memaksa untuk pergi.
Tapi wanita itu malah balik mengancam: “kalau kau tetap
memaksa pergi, aku akan berteriak dan meminta tolong kepada orang-orang karena kau masuk ke rumahku dan hendak memeperkosa aku.”
Sungguh, saat itu aku hamper kehilangan akal. Tak terbayangkan, bagaimana mungkin aku bisa melakukan perbuatan dosa itu?
Saat aku melewati rumah wanita itu, aku mendengar teriakan minta tolong. Segera saja aku masuk ke rumah itu dengan maksud untuk memberikan pertolongan.
Namun ternyata, teriakan itu hanyalah tipuan belaka. Setelah aku masuk, segera si wanita tadi mengunci pintu rapat- rapat. Baru aku sadar, aku masuk ke dalam jebakannya. Aku memaksa wanita itu untuk membiarkanku pergi dari rumahnya. Namun wanita itu menolak. Aku baru boleh keluar dari rumah itu dengan satu syarat. Aku harus melakukan zina dengannya. Tubuhku bergidik, dadaku panas, bulu kudukku berdiri, kepalaku bergolak, membayangkan aku harus melakukan dosa besar itu. Bagaimana pun itu adalah sebuah dosa yang tak termaafkan. Aku tetap memaksa untuk pergi.
Tapi wanita itu malah balik mengancam: “kalau kau tetap
memaksa pergi, aku akan berteriak dan meminta tolong kepada orang-orang karena kau masuk ke rumahku dan hendak memeperkosa aku.”
Sungguh, saat itu aku hamper kehilangan akal. Tak terbayangkan, bagaimana mungkin aku bisa melakukan perbuatan dosa itu?
Namun, Allah masih menyayangiku, Dia memberikan petunjuk- Nya kepadaku. Aku katakan kepada wanita
itu, aku mau melakukan dosa besar itu dengannya, tapi tunjukkan dulu kepadaku letak kamar mandi. Aku hendak buang hajat terlebih dahulu.
Wanita itu menunjukkan letak kamar mandi di rumahnya.
itu, aku mau melakukan dosa besar itu dengannya, tapi tunjukkan dulu kepadaku letak kamar mandi. Aku hendak buang hajat terlebih dahulu.
Wanita itu menunjukkan letak kamar mandi di rumahnya.
Segera saja aku masuk ke sana. Dan di dalam kamar mandi itu, aku lumurkan kotoran ke sekujur tubuhku. Aku relakan tubuh bersihku dinodai kotoran ini.
Biarlah bau busuk ini ada di tubuhku, asal aku bisa terhindar dari dosa besar itu. Meski baunya terus menusuk- nusuk hidungku, meski rasa jijik membayangi seluruh sarafku, meski perutku mulas bergejolak seolah hendak mengeluarkan seluruh isinya, aku rela.
Aku rela asal terhindar dari dosa besar itu.
Biarlah penderitaan ini aku rasakan.
Sebab penderitaan ini hanya sementara.
Sebab bau busuk ini tak akan lama.
Sebab siksaan ini tak sebanding dengan siksaan neraka yang abadi.
Sebab penderitaan ini terlalu remeh untuk dibandingkan dengan penderitaan di akhirat nanti.
Biarlah bau busuk ini ada di tubuhku, asal aku bisa terhindar dari dosa besar itu. Meski baunya terus menusuk- nusuk hidungku, meski rasa jijik membayangi seluruh sarafku, meski perutku mulas bergejolak seolah hendak mengeluarkan seluruh isinya, aku rela.
Aku rela asal terhindar dari dosa besar itu.
Biarlah penderitaan ini aku rasakan.
Sebab penderitaan ini hanya sementara.
Sebab bau busuk ini tak akan lama.
Sebab siksaan ini tak sebanding dengan siksaan neraka yang abadi.
Sebab penderitaan ini terlalu remeh untuk dibandingkan dengan penderitaan di akhirat nanti.
Sebab bau busuk ini tak sebanding dengan bau busuk
neraka yang akan tercium hingga ke tempat yang teramat
sangat jauh. Biarlah… biarlah … aku rela. Asal Allah rela dengan diriku.
Aku keluar dari kamar mandi dan kutemui wanita laknat itu. Melihat tubuhku yang menjijikan, wanita itu kehilangan seleranya.
Ia usir aku dari rumahnya. Kujatuhkan tubuhku ke atas tanah, bersujud syukur atas karunia-Nya yang telah
menyelamatkan aku dari dosa besar itu. Aku berjanji aku akan lebih berhati-hati.
Setelah aku bersihkan tubuhku. Di malam harinya, aku bermimpi bertemu dengan seorang suci. Dan ia memberitahuku bahwa Allah ridlo dengan apa
neraka yang akan tercium hingga ke tempat yang teramat
sangat jauh. Biarlah… biarlah … aku rela. Asal Allah rela dengan diriku.
Aku keluar dari kamar mandi dan kutemui wanita laknat itu. Melihat tubuhku yang menjijikan, wanita itu kehilangan seleranya.
Ia usir aku dari rumahnya. Kujatuhkan tubuhku ke atas tanah, bersujud syukur atas karunia-Nya yang telah
menyelamatkan aku dari dosa besar itu. Aku berjanji aku akan lebih berhati-hati.
Setelah aku bersihkan tubuhku. Di malam harinya, aku bermimpi bertemu dengan seorang suci. Dan ia memberitahuku bahwa Allah ridlo dengan apa
yang aku lakukan, dan akan memberikan karunia-Nya kepadaku.
Esok harinya, aku dapati tubuhku seharum minyak kasturi.
Mungkin, itulah karunia Allah bagi orang-orang yang selalu berusaha berbuat iffah: menjaga dan menghindarkan diri dari perbuatan dosa zina.
Esok harinya, aku dapati tubuhku seharum minyak kasturi.
Mungkin, itulah karunia Allah bagi orang-orang yang selalu berusaha berbuat iffah: menjaga dan menghindarkan diri dari perbuatan dosa zina.
Hikmah dari kisah tersebut diantaranya adalah untuk mencapai kemuliaan, meraih kesuksesan atau mempertahankan idealisme akan ada tantangan yang menghadang, rintangan pasti datang, dan godaan akan mendera. Maka saat menghapadi berbagai kendala tersebut dibutuhkan kreatifitas dan inovasi. Hidup tidaklah monoton, hambatan pun tak selalu sama. Rasanya sulit kalau selalu mengandalkan langkah yang monoton, gerak yang sama untuk setiap persoalan. Jadi harus dicari cara-cara baru yang berbeda dengan biasanya. Out of the box, beyond the imagination, atau apapun istilahnya, yang mengajarkan kita berani mengambil langkah berbeda untuk mewujudkan cita-cita mulia.
Sardana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar