Seperti biasa suasana sholat
subuh di Masjid Jabar Khoirat KPP Pratama Purwakarta hanya dilakukan beberapa
jama’ah saja. Maklum di masjid yang berada di lingkungan kantor ini cukup jauh
dari lingkungan masyarakat sekitar, sehingga dalam keseharian masjid ini hanya
dimanfaatkan oleh para pegawai dan tamu KPP. Saat malam hari tiba , jama’ahnya semakin
sedikit, hanya mereka yang tinggal di lingkungan rumah dinas saja. Mereka yang
biasa berjam’ah di waktu sholat maghrib, saya pak Haji Munawar, pak Miko,
Nandang, kadang-kadang Riki ama Rudi kalau mereka tidak pulang ke Bandung.
Seusai sholat subuh, saya
menyibukan diri dengan membersihkan kendaraan yang kotor bekas hujan.
Sedangkan Nandang sudah mulai berlari pagi keliling kantor. Rampung bersihin
mobil, saya pun berolah raga pagi dengan berlari keliling kantor. Hampir setiap
pagi selama tinggal di Purwakarta selalu diisi dengan kegiatan olah raga baik
berlari, bersepeda, atau sekedar jalan-jalan keliling kantor.
Ada hal menggoda saat berlari
dalam setiap putaran mengelilingi kantor. Sekedar tahu aja, di sekililing
kantor dan rumah dinas terdapat berbagai macam pepohonan hijau baik yang
berbuah atau tidak berbuah, mangga, rambutan, jeruk bali, jambu, pete, dan
lainnya. Godaan selalu muncul ketika melewati pohon mangga samping masjid yang buahnya
bergentungan seolah bagaikan tangan memanggil. Godaan lainnya juga muncul
saat melewati pohon pete di dekat lapang futsal depan rumah pak Saut. Semakin
banyak putaran larinya, semakin kuat hasrat untuk mengambil buah mangga dan
pete. Pikirku, pokoknya pagi ini mau sarapan nasi goreng pete hasil masakan
sendiri.
Singkat cerita, setelah 30 menit berlalu
lari kelilingi kantor, langsung cari bambu/gala yang biasa pak Haji Munawar
gunakan untuk mengambil buah. Srek, srek, srek, satu rangkai berisi 4 pete
didapat dari pohon pete. Terus berpindah ke pohon mangga mencari buah yang
lumayan besar, agar seimbang ama pete maka kuambil 4 buah mangga pula.
Jurus selanjutnya langsung pulang
ke rumah untuk mempersiapkan sarapan pagi berupa nasi goreng pete buatan sendiri.
Sepiring nasi diambil dari magic jar, menyiapkan telor ayam dan bumbu-bumbu yang
dibutuhkan.
Nah berikut langkah-langkah untuk
memasak nasi goreng pete:
pertama, kuliti pete dari
tangkainya dan potong menjadi beberapa bagian;
kedua siapkan
bumbu-bumbunya antara lain: rempah-rempah, garam, gula, bawang putih,
bawang merah, nabati, cabai merah, lemak ayam, ekstrak daging ayam, tepung kecap, protein kedelai, pewarna karamel, penguat rasa dan lain-lain. Namun demi kepraktisan
bumbu-bumbu itu sudah dikemas dalam satu sachet
bumbu nasi goreng instan yang telah dibeli di mini market (cie-cie...kalau
bikin bumbu sendiri mah..saya belum bisa bro, he he eh);
ketiga, nyalakan kompor
dan taruh penggorengan di atasnya, tapi nyala apinya secukupnya aja ya;
keempat, tuangkan minyak
goreng secukupnya (kalau saya pake mentega juga) terus goreng telur ayam, nasi
putih, pete dan jangan lupa bumbunya, lantas aduk-aduk sampe merata. Untuk
menambah rasa tambahkan secukupnya kecap manis.
Sreng, sreng, sreng, nasi goreng pete sudah siap dihidangkan. Haaaah, haaaah haaah, menikmati nasi goreng pete masakan sendiri saat panas... rasanya uuuuuuuh, maknyuuuus. Lama-lama terpikir juga, rasanya kok enak beli ama tukang nasi goreng di depan terminal Ciganea ya.
He he he... emang betul segala sesuatu yang dikerjakan oleh bukan ahlinya... silahkan rasakan sendiri hasilnya.
Sardana
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar