Dalam hidup itu selalu dipergilirkan laksana siang berganti
malam, pagi meninggalkan sore. Begitupun silih bergantinya kebahagian dan
kesusahan itu dipergilirkan kepada kehidupan manusia. Pada saatnya dia berada
di puncak kejayaan dengan kelapangan rizki dan kemasyhuran namanya. Pada saat
yang lain bisa jadi dia menjalani hidup dalam kepapaan. Namun semua itu
hakikatnya dalah ujian hidup. Ujian dan cobaan memiliki beragam bentuk dan
variasinya. Kemiskinan dan kesusahan
adalah ujian, sebagaimana kekayaan juga adalah ujian. Hidup dalam kehinaan
adalah ujian, sebagaimana hidup dalam sanjungan adalah ujian. Bukan pada kaya,
miskin, terkenal, atau terhina yang menjadi tolok ukur keberhasilannya. Akan
tetapi terletak pada seberapa mampu dalam menghadapi ujian itu sehingga dia
tetap menjadi orang konsisten dalam kebaikan, ketaaatan, dan jauh dari sikap
sombong.
Adakalanya orang berhasil menghadapi ujian kemiskinan, tapi
gagal dengan ujian berupa kekayaan. Itulah yang dialami oleh Qorun. Pada
saat dia memperoleh limpahan harta yang
luar biasa, dia tidak mampu mensikapinya dengan benar sehingga tumbuh dalam
hatinya kesombongan. Pada giliran berikutnya dia pun harus menanggung
kesengsaraan hidup karena mendapat siksa dari Allah swt. Naudzubillahi min
dzalika.
Kalau hakikatnya semua adalah ujian dari Allah swt kepada
hamba-Nya untuk mengetahu siapa yang lebih baik alamnya, lantas… mengapa
harus mengeluh. Pensikapan terhadap ujian itulah yang terpenting.
Kelapangan rizki sama dengan kepapaan, keburukan rupa sama dengan keelokan
wajah. Bagi mereka yang beriman, baik ataukah buruk, mudah ataukah sukar, kaya
ataukah miskin, sakit ataukah sehat, adalah ujian yang harus disikapi dengan
benar agar tidak menggoyahkan keimanan. Setiap sisi kehidupan yang dialami,
marilah bidik dengan sudut pandang positif sehingga menghasilkan potret
kehidupan yang indah dan menyenangkan. Insya Allah dengan mensikapinya secara benar, hidup kita
akan terasa mudah dan ringan. Prinsip Nabi Ibrahim As. dalam hal rizki, “…. Aku
tidak pernah mengkhawatirkan sesuatu (rizki) yang urusannya telah ditanggung
oleh Allah… “ (Nashaihul – ‘Ibad)
Sebuah pesan nasihat Rasulullah Saw
“Baramgsiapa di pagi hari mengeluhkan kesulitan hidupnya
(kepada orang lain), berarti seakan-akan dia mengeluhkan Rabbnya. Barangsiapa
di pagi hari bersedih karena urusan duniawinya, berarti sungguh di pagi hari
itu dia tidak puas ketetapan Allah. Barangsiapa menghormati karena kekayaannya,
sungguh telah lenyaplah dua pertiga agamanya.” (Hadits dikutip dari Kitab
Nashaihul-‘Ibad)”
Ayo kita buang sikap suka mengeluh kepada orang lain.
Mengadu dan mohon pertolongan itu hanya kepada Allah swt, dan bersyukurlah atas
nikmat yang Allah swt berikan kepada kita. Relalah atas takdir Allah kepada
diri kita. Bersabarlah bila datang keadaan yang tidak sesuai dengan keinginannya.
Ganti barometer kehidupan kita, bahwa kemuliaan hidup itu
bukan pada kekayaannya. Kemuliaan hidup itu ada pada kesholihan dan kelapangan
ilmunya. Hormatilah seseorang bukan karena harta kekayaannya, demi menjaga dua
pertiga agama ini.
Tetaplah semangat menghadapi hidup !!
Wallahu ‘alam
Sardana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar