Seolah tak pernah ada rasa takut, berulang kali kali kita
membaca, mendengar, mendapat informasi akan tertangkapnya pelaku kejahatan baik
pencurian, perampokan sampai para koruptor. Padahal tidak sedikit petugas
keamanan yang berjaga satuan pengamanan lingkungan, polisi, petugas KPK untuk
mengawasi agar tidak terjadi tindak kejahatan ataupun kecurangan. Akan tetapi
fakta terkadang berbicara berbeda. Mengapa itu dapat terjadi? Diantara penyebabnya
adalah tidak adanya sikap muraqabah pada diri pelaku tersebut.
Dari segi bahasa, muraqabah memiliki arti pengawasan dan
pantauan. Sikap muraqabah tercermin dengan adanya pengawasan dan pemantauan
Allah terhadap dirinya. Adapun dari segi istilah, muraqabah adalah suatu
keyakinan yang dimiliki sesorang bahwa Allah swt senantiasa mengawasinya,
melihatnya, mendengarnya, dan mengetahui sega apapun yang dilakukannya dalam
setiap waktu, setiap saat, setiap hirupan nafas, bahkan setiap kedipan mata
sekalipun.
Sikap muraqabah yang dimiliki oleh seorang hamba akan
memberikan dampak positif yang begitu besar pada sikap dan perilaku dalam
menjalani kehidupannya. Muraqabah akan menjadikan seseorang akan optimal dalam
beribadah dan dapat mencegah dari perbuatan maksiat. Karena ada perasaan Allah
swt mengawasi dalam setiap beramal maka dia akan melakukan yang terbaik dalam
ibadahnya. Begitupula ketika ada godaan untuk melakukan kemaksiatan, hatinya
diingatkan bahwa Allah swt mengawasinya sehingga diapun akan menghindari
perbuatan buruk tersebut karena Allah pasti mengetahuinya.
Abdullah bin Dinar mengemukakan, bahwa suatu ketika saya
pergi bersama Umar bin Khattab ra menuju Mekah. Ktika kami sedang beristirahat,
tiba-tiba muncul seorang penggembala menuruni lereng gunung menuju kami. Umar
berkata kepada penggembala: “Hai penggembala, juallah seekor kambingmu
kepada saya.” Ia menjawab, “Tidak! Saya ini seorang budak.” Umar
menimpali lagi, “Katakan saja kepada tuanmu bahwa dombanya direkam serigala.”
Penggembala mengatakan lagi, “kalau begitu, dimanakah Allah?” Mendengar
jawaban seperti itu, Umar menangus. Kemudian Umar mengatakan pada penggembala
tersebut, “Kamu telah dimerdekakan di dunia oleh ucapanmu dan semoga ucapan
itu bis memerdekakanmu di akhirat kelak.”
Mengapa penggembala menolak tawaran Umar untuk menjual
kambingnya, yang tentunya tidak akan diketahui oleh tuannya karena jumlah
kambingnya yang begitu banyak. Penggembala ini sangat menyadari bahwa Allah
memahami dan mengetahuinya, sehingga dia dapat mengontrol segala perilakunya.
Ia takut melakukan perbuatan kemaksiatan, kendatipun hal tersebut sangat
memungkinkannya. Karena tiada orang yang akan mengadukannya pada tuannya, jika
dia berbohong dan menjual kambingnya tersebut. Namun sikap muraqabahnya
menjadikan dirinya tidak melakukan kemaksiatan itu.
Sosok yang memiliki muraqabah juga telah memiliki andil
besar dalam suksesi dan pembentukan lahirnya generasi yang terbaik dihadapan
Allah dan bermanfaat bagi umat manusia.
Umar bin Khattab sebagai seorang khalifah untuk mengetahui kondisi
rakyatnya sering melakukan blusukan, ronda malam sendirian. Jalan demi jalan
dilalui, lorong demi lorong dilewati, tibalah di suatu gubug yang di malam hari
masih melakukan aktivitas. Khalifah Umar pun menghentikan langkahnya, pingin
tahu apa yang sedang mereka bicarakan. Dari balik bilik Khalifah Umar mengintip
dan mendengar perbincangan mereka. Tampaklah
ibu dan seorang anak perempuan yang sibuk mewadahi susu sebagai barang
dagangannya.
Ibunya
memerintahkan kepada anak gadisnya itu untuk mencampurkan air ke dalam susu
agar dapat menambah jumlah barang dagangannya sehingga keuntungannya pun bisa
meningkat. Namun anaknya segera menjawab, “Tidak bu, khalifah melarang keras
semua penjual susu menambahkan air.” Ibunya menggerutu, “Ah, kenapa kau
dengarkan khalifah itu? Setiap hari kita selalu miskin dan tidak akan berubah
kalau tidak melakukan sesuatu.”
“Ayolah Nak,
lakukanlah, mumpung tengah malam. Tengah malam begini tidak ada yang berani
keluar. Khalifah Umar pun tidak tahu perbuatan kita”
“Bu, meskipun tidak ada
seorang pun yang melihat dan mengetahui kita mancampur susu dengan air, tapi
Allah tetap melihat, Allah pasti mengetahui segala perbuatan kita serapi apapun
kita menyembunyikannya,” tegas anak itu.
Di luar bilik gubug itu, Umar
terharu dan bangga akan kejujuran anak perempuan itu. Umar segera bergegas pulang dan meminta salah
satu anaknya Ashim bin Umar untuk menikahi anak gadis itu. Dan dari pernikahan
tersebut lahiranak perempuan bernama Laila yang dipanggil Ummu Ashim. Ummu
Hasyim menikah dengan Abdul Aziz bin Marwan, dari penikahnnya lahirlah Umar bin
Abdul Aziz. Seorang khalifah yang di masa pemerintahannya memerintah dengan
adil sehingga seluruh masyarakatnya hidup dalam kemakmuran.
Begitulah ketika muraqabah
telah manjadi sikap hidup seseorang, maka dia menjadi hamba yang giat beramal
soleh, menjauhi maksiat, dan menghasilkan keturunan yang baik.
Jika kita ingin menjadi hamba
yang ingin melejitkan potensi kebaikan dan juga berharap memperoleh keturunan
yang baik, maka jadilah hamba yang memiliki sikap muraqabah.
Wallahu’alam
Sardana
Tidak ada komentar:
Posting Komentar