Istiqomah begitu sangat penting dalam hidup seorang mukmin, maka berusaha agar memiliki sikap istiqomah merupakan sesuatu yang harus dilakukan bagi mereka yang mengharapkan kebahagian hidup dunia dan akhirat. Sebuah tulisan tentang bagaimana kiat-kiat agar kita istiqomah dapat dijadikan bahan renungan dan motivasi buat kita semua untuk menjaga keimanan.
Ada beberapa sebab
utama yang bisa membuat seseorang tetap teguh dalam keimanan.
Pertama: Memahami dan mengamalkan dua kalimat
syahadat dengan baik dan benar. Allah Ta’ala berfirman,
“Allah meneguhkan
(iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di
dunia dan di akhirat; dan Allah menyesatkan orang-orang yang lalim dan
memperbuat apa yang Dia kehendaki.” (QS. Ibrahim: 27)
Mengapa Allah bisa
teguhkan orang beriman di dunia dengan terus beramal sholih dan di akhirat
(alam kubur) dengan dimudahkan menjawab pertanyaan malaikat “Siapa Rabbmu,
siapa Nabimu dan apa agamamu”? Jawabannya adalah karena pemahaman dan pengamalannya yang baik
dan benar terhadap dua kalimat syahadat. Dia
tentu memahami makna dua kalimat syahadat dengan benar. Memenuhi rukun dan
syaratnya. Serta dia pula tidak menerjang larangan Allah berupa
menyekutukan-Nya dengan selain-Nya, yaitu berbuat syirik. Oleh karena itu,
kiat pertama ini menuntunkan seseorang agar bisa beragama dengan baik yaitu
mengikuti jalan hidup salaful ummah yaitu jalan hidup para sahabat yang
merupakan generasi terbaik dari umat ini. Dengan menempuh jalan tersebut, ia
akan sibuk belajar agama untuk memperbaiki aqidahnya, mendalami tauhid dan juga
menguasai kesyirikan yang sangat keras Allah larang sehingga harus dijauhi.
Oleh karena itu, jalan yang ia tempuh adalah jalan Ahlus Sunnah wal Jama’ah
dalam beragama yang merupakan golongan yang selamat yang akan senantiasa
mendapatkan pertolongan Allah.
Kedua: Mengkaji Al Qur’an dengan menghayati dan
merenungkannya.
Allah menceritakan
bahwa Al Qur’an dapat meneguhkan hati orang-orang beriman dan Al Qur’an adalah
petunjuk kepada jalan yang lurus. Allah Ta’ala berfirman,
“Katakanlah: “Ruhul
Qudus (Jibril) menurunkan Al Qur’an itu dari Rabbmu dengan benar, untuk
meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk
serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)”.” (QS. An Nahl: 102)
Oleh karena itu, Al
Qur’an itu diturunkan secara beangsur-angsur untuk meneguhkan hati
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagaimana terdapat
dalam ayat, “Berkatalah
orang-orang yang kafir: “Mengapa Al Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya
sekali turun saja?”; demikianlah supaya Kami perkuat hatimu dengannya dan
Kami membacakannya secara tartil (teratur dan benar).” (QS. Al Furqon: 32)
Al Qur’an adalah jalan
utama agar seseorang bisa terus kokoh dalam agamanya. Alasannya, karena Al
Qur’an adalah petunjuk dan obat bagi hati yang sedang ragu.
Sebagaimana
Allah Ta’ala berfirman,
“Al Qur’an itu
adalah petunjuk dan penawar bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Fushilat: 44).
Oleh karena itu, kita
akan saksikan keadaan yang sangat berbeda antara orang yang gemar mengkaji Al
Qur’an dan merenungkannya dengan orang yang hanya menyibukkan diri dengan
perkataan filosof dan manusia lainnya. Orang yang giat merenungkan Al Qur’an
dan memahaminya, tentu akan lebih kokoh dan teguh dalam agama ini. Inilah kiat
yang mesti kita jalani agar kita bisa terus istiqomah.
Ketiga: Iltizam (konsekuen) dalam menjalankan syari’at Allah
Maksudnya di sini
adalah seseorang dituntunkan untuk konsekuen dalam menjalankan syari’at atau
dalam beramal dan tidak putus di tengah jalan. Karena konsekuen dalam beramal
lebih dicintai oleh Allah daripada amalan yang sesekali saja dilakukan.
Sebagaimana disebutkan dalam hadits dari ‘Aisyah –radhiyallahu ‘anha-, beliau
mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Amalan yang paling dicintai oleh
Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinu walaupun itu sedikit.”
‘Aisyah pun ketika
melakukan suatu amalan selalu berkeinginan keras untuk merutinkannya. An
Nawawi rahimahullah mengatakan, “Ketahuilah bahwa amalan
yang sedikit namun konsekuen dilakukan, itu lebih baik dari amalan yang banyak
namun cuma sesekali saja dilakukan. Ingatlah bahwa amalan sedikit yang
rutin dilakukan akan melanggengkan amalan ketaatan, dzikir, pendekatan diri
pada Allah, niat dan keikhlasan dalam beramal, juga akan membuat amalan
tersebut diterima oleh Sang Kholiq Subhanahu wa Ta’ala. Amalan
sedikit namun konsekuen dilakukan akan memberikan ganjaran yang besar dan
berlipat dibandingkan dengan amalan yang sedikit namun sesekali saja
dilakukan.”
Ibnu Rajab Al Hambali
menjelaskan, “Amalan yang dilakukan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
adalah amalan yang konsekuen dilakukan (kontinu). Beliau pun melarang
memutuskan amalan dan meninggalkannya begitu saja. Sebagaimana beliau pernah
melarang melakukan hal ini pada sahabat ‘Abdullah bin ‘Umar.” Yaitu Ibnu ‘Umar
dicela karena meninggalkan amalan shalat malam. Selain amalan yang kontinu
dicintai oleh Allah, amalan tersebut juga dapat mencegah masuknya virus “futur”
(jenuh untuk beramal). Jika seseorang beramal sesekali namun banyak, kadang
akan muncul rasa malas dan jenuh. Sebaliknya jika seseorang beramal sedikit
namun ajeg (terus menerus), maka rasa malas pun akan hilang dan rasa semangat
untuk beramal akan selalu ada. Itulah mengapa kita dianjurkan untuk beramal
yang penting kontinu walaupun jumlahnya sedikit.
Keempat: Membaca kisah-kisah orang sholih sehingga
bisa dijadikan uswah (teladan) dalam istiqomah.
Dalam Al Qur’an banyak
diceritakan kisah-kisah para nabi, rasul, dan orang-orang yang beriman yang
terdahulu. Kisah-kisah ini Allah jadikan untuk meneguhkan hati Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam dengan mengambil teladan dari kisah-kisah tersebut
ketika menghadapi permusuhan orang-orang kafir. Allah Ta’ala berfirman,
“Dan semua kisah
dari rasul-rasul Kami ceritakan kepadamu, ialah kisah-kisah yang dengannya Kami
teguhkan hatimu; dan dalam surat ini telah datang kepadamu kebenaran serta
pengajaran dan peringatan bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Hud: 11)
Oleh karena itu, para salaf sangat senang sekali mempelajari kisah-kisah orang sholih agar bisa diambil teladan. Itulah pentingnya merenungkan kisah-kisah orang sholih. Hati pun tidak pernah kesepian dan gundah gulana, serta hati akan terus kokoh.
Kelima: Memperbanyak do’a pada Allah agar diberi
keistiqomahan.
Di antara sifat orang
beriman adalah selalu memohon dan berdo’a kepada Allah agar diberi keteguhan di
atas kebenaran. Dalam Al Qur’an Allah Ta’ala memuji
orang-orang yang beriman yang selalu berdo’a kepada-Nya untuk meminta keteguhan
iman ketika menghadapi ujian. Allah Ta’ala berfirman, “Dan berapa banyaknya nabi yang berperang
bersama-sama mereka sejumlah besar dari pengikut(nya) yang bertaqwa. Mereka
tidak menjadi lemah karena bencana yang menimpa mereka di jalan Allah, dan
tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah menyukai orang-orang
sabar. Tidak ada do’a mereka selain ucapan: ‘Ya Rabb kami, ampunilah
dosa-dosa kami dan tindakan-tindakan kami yang berlebih-lebihan dalam urusan
kami dan teguhkanlah pendirian kami, dan tolonglah kami terhadap kaum yang
kafir‘. Karena itu Allah memberikan kepada mereka pahala di dunia dan
pahala yang baik di akhirat. Dan Allah menyukai orang-orang yang berbuat
kebaikan” (QS. Ali ‘Imran:
146-148).
Dalam ayat lain
Allah Ta’ala berfirman, “Ya
Rabb kami, limpahkanlah kesabaran atas diri kami, dan teguhkanlah pendirian
kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir.” (QS. Al Baqarah: 250)
Do’a lain agar
mendapatkan keteguhan dan ketegaran di atas jalan yang lurus adalah, "Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati
kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan
karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah
Maha Pemberi (karunia).” (QS. Ali Imron: 8)
Do’a yang paling
sering Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam panjatkan adalah,“Ya muqollibal qulub tsabbit qolbi ‘alaa
diinik (Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas
agama-Mu).”
Keenam: Bergaul dengan orang-orang sholih.
Allah menyatakan dalam
Al Qur’an bahwa salah satu sebab utama yang membantu menguatkan iman para
shahabat Nabi adalah keberadaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di tengah-tengah mereka. Allah Ta’ala berfirman, “Bagaimana mungkin (tidak mungkin) kalian
menjadi kafir, sedangkan ayat-ayat Allah dibacakan kepada kalian, dan
Rasul-Nyapun berada ditengah-tengah kalian? Dan barangsiapa yang berpegang
teguh kepada (agama) Allah maka sesungguhnya dia telah diberi petunjuk kepada
jalan yang lurus.” (QS. Ali ‘Imran:
101)
Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam juga mengajarkan kepada kita agar bersahabat dengan
orang yang dapat memberikan kebaikan dan sering menasehati kita. “Seseorang yang duduk (berteman) dengan orang
sholih dan orang yang jelek adalah bagaikan berteman dengan pemilik minyak misk
dan pandai besi. Jika engkau tidak dihadiahkan minyak misk olehnya, engkau bisa
membeli darinya atau minimal dapat baunya. Adapun berteman dengan pandai besi,
jika engkau tidak mendapati badan atau pakaianmu hangus terbakar, minimal
engkau dapat baunya yang tidak enak.”
Kalau dalam masalah
persahabatan yang tidak bertemu setiap saat, kita dituntunkan untuk mencari
teman yang baik, apalagi dengan mencari pendamping hidup yaitu suami atau
istri. Pasangan suami istri tentu saja akan menjalani hubungan bukan hanya
sesaat. Bahkan suami atau istri akan menjadi teman ketika tidur. Sudah
sepantasnya, kita berusaha mencari pasangan yang sholih atau sholihah. Kiat ini
juga akan membuat kita semakin teguh dalam menjalani agama.
Demikian beberapa kiat
mengenai istiqomah. Semoga
Allah senantiasa meneguhkan kita di atas ajaran agama yang hanif (lurus) ini.
Wahai Dzat yang Maha Membolak-balikkan hati, teguhkanlah hati kami di atas
agama-Mu.
Teks arabnya tolong dicantumin dong
BalasHapushttp://cafeilmubrilly.blogspot.com/2014/06/tentang-keteguhan.html
http://cafeilmubrilly.blogspot.com/2013/12/istiqamah.html