لَا تُدْرِكُهُ الْأَبْصَارُ وَهُوَ يُدْرِكُ الْأَبْصَارَ ۖ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ |
Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat
segala yang kelihatan; dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui.
(QS. Al-An’am : 103)
Ayat ini memberikan satu
informasi kepada kita bahwa manusia memiliki suatu keterbatasan, di antaranya
adalah keterbatasan penglihatan mata. Begitu banyak peristiwa di sekitar kita
yang membuat mata tertipu ataupun tak mampu dijangkau oleh mata kita.
Mata sering tertipu oleh sesuatu
yang tiada namun dilihatnya ada. Fatamorgana yang merupakan sebuah
fenomena di mana optic yang biasanya terjadi di tanah lapang yang luas semisal
padang pasir dengan adanya pembiasan cahaya melalui kepadatan yang berbeda,
sehingga bisa membuat sesuatu yang tiada menjadi seolah ada. Dari kejauhan nampak
ada genangan air yang luas namun saat didekati tidak ada, mata tertipu.
Pada saat kita berada di tepi
pantai, kemudian kita memandang lautan yang luas menghampar maka akan nampak laut
dan langit. Antara laut dan langit itu ada yang namanya batas horizontal yang
menghubungkan dari ujung kiri ke ujung kanan, yang memisahkan antara laut dan
langit. Itulah yang biasa disebut cakrawala, horiaon, kaki langit, atau ufuk. Namun
dimanakah posisi garis itu? Adakah orang yang pernah mendapatkan garis itu?
Tidak pernah ada garis itu, sekali lagi mata kita tertipu.
Paling sederhana aja, berjalanlah di tengah
rel kereta api dan fokuskan pandangan jauh ke depan. Maka akan terlihat rel
sebelah kiri dan kanan seolah-olah menyatu dalam satu titik. Betulkah itu
menyatu? Teruslah berjalan menyusuri rel namun tak akan pernah mendapatkan
titik pertemuan kedua rel tersebut. Kembali mata kita tertipu.
Fenomana yang yang lain dari
keterbatasan mata kita yakni, sesuatu yang pasti ada tapi dilihatnya tiada.
Di rumah memiliki alat elektronik semisal tv, kulkas, radio, dll yang akan
berfungsi bila terdapat aliran listrik. Adakah kita yang tahu bentuk aliran
listrik atau strum tersebut seperti apa? Kita setiap hari bergantung dan
menggunakan aliran listrik, namun tak pernah tahu seperti apa wujud fisiknya. Padahal
aliran juga listrik itu juga ada pada tubuh manusia, tapi nyatanya mata kita
tak mampu melihatnya.
Manusia hidup pasti akan
menghirup oksigen yang ada di udara. Pernahkah ada orang yang melihat udara?
Tentu tidak ada yang pernah melihat udara, tapi udara dirasakan oleh kita.
Karena tanpa udara manusia tak akan bisa hidup. Udara atau oksigen secara
bentuk tidak dapat dirumuskan secara fisik oleh mata kita. Itulah keterbatasan
mata manusia.
Dengan demikian untuk menyaksikan
hal-hal yang fisik saja mata sering tertipu atau tidak mampu, apalagi
memaksakan diri kepada hal-hal yang ghoib. Karenanya keyakinan kepada Allah swt
dan hal-hal ghoib lainnya tidak musti diwujudkan dalam bentuk sesuatu yang
bersifat fisik.
Ada tulisan kiriman dari grup WA
yang cukup menarik dialog seorang anak muda dan ustadz.
Pemuda tersebut lama
sekolah di Russia, sekembali ke tanah air meminta kepad orang tuanya untuk
mencari seorang guru (ustadz) yang mampu menjawab 3 pertanyaan darinya.
Akhirnya orang tua pemuda itu mendapatkan orang (ustadz) yang dimaksud.
Pemuda : (dengan nada sombong) ”Anda
siapa ? dan apakah anda bisa menjawab pertanyaan saya?”
Ustadz : “Saya hanyalah hamab
Allah dan denagn seizing-Nya saya akan menjawab pertanyaan anda”
Pemuda : (tetap dengan nada sombong) “Anda yakin?! Sedang professor dan
banyak orang pintar tidak mampu menjawab pertanyaan saya”
Ustadz : “InsyaAllah saya akan
mencoba sejauh kemampuan saya.”
Pemuda : “Saya punya 3 buah
pertanyaan … pertama, kalau memang TUAHN itu ada, tunjukkan wujud TUHAN kepada
saya!!, .. kedua, apakah yang dinamakan TAKDIR ?? … ketiga, kalau SETAN
diciptakan dari api, kenapa dimasukkan ke nara yang dibuat dari api, tentu
tidak menyakitkan buat setan, sebab mereka memiliki unsur yang sama? Apakah
TUHAN tidak berfikir sejauh itu ?”
Selesai pemuda menyampaikan pertanyaan
tersebut, tiba-tiba ustadz MENAMPAR pemuda SOMBONG dengan keras.
Pemuda : (kaget dan sambal menahan
rasa sakit) “Kenapa ?? Anda maraha kepada saya??”
Ustadz : “Saya tidak marah .!!
TAMPARAN itu adalah jawaban saya atas 3 buah pertanyaan yang anda ajukan kepada
saya”
Pemuda : “saya sungguh tidak
mengerti ?!!”
Ustadz : “Bagaimana rasanya
tamparan saya?”
Pemuda : “Tentu saja saya
merasakan sakit!”
Ustadz :”Jadi Anda percaya bahwa
sakit itu ada?”
Pemuada : “Ya, saya percaya”
Ustadz : “Tunjukkan pada saya
wujud sakit itu !”
Pemuda : “Saya tidak bisa”
Ustadz : “Itulah jawaban pertama,
kita semua merasakan keberadaan TUHAN tanpa mampu melihat wujud-NYA”
Ustadz : “Apakah tadi malam anda
bermimpi akan ditampar oleh saya?”
Pemuda : “Tidak.”
Ustadz : “Itulah yang dinamakan
TAKDIR.”
Ustadz : “Terbuat dari apakah
tangan yang saya gunakan untuk menampar anda?”
Pemuda : “Kulit.”
Ustadz : “Terbuat dari apa pipin
anda?”
Pemuda : “Kulit.”
Ustadz : “Bagaimana rasanya
tamparan saya?”
Pemuda : “sakit.”
Ustadz : “walaupun setan terbuat
dari api dan neraka terbuat dari api, jika TUHAN berkehendak, maka neraka akan
menjadi tempat menyakitkan bagi setan”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar