Minggu, 21 Mei 2017

Menghidupkan Kehidupan

Satu kali ada seorang murid mendatangi guru dengan membawa sekumpulan masalah yang yang begitu rumit. Datanglah sang murid ini kepada guru, kemudian diterima oleh guru. Sang murid ini menyampaikan seluruh persoalan yang dialami, baik itu persoalan dalam kehidupan pribadinya, kehidupan keluarganya, maupun kehidupan pekerjaannya. Setelah disampaiakan secara keseluruhan peoblem itu kepaga sang guru, kemudian guru itu tidak menjawab, hanya tersenyum saja. Kemudian sang guru mengambil sebuah gelas. tangan yang satu lagi dia gunakan untuk memberikan satu plastik garam kepada muridnya. setelah itu kemudian sang guru meminta muridnya untuk menuangkan garam sepalstik itu ke dalam segelas air tadi.

Jadi dapat dibayangkan, ini ada sebuah gelas yang berisi air putih, kemudian dituangkan garam ke dalam gelas tersebut. lalu diaduk rata. Tentu saja akan dirasakan betapa asinnya air yang ada di dalam gelas tersebut.

Sang guru lalu memerintahkan muridnya untuk meminum air garam tersebut. Si murid ini bingung dan berkata dalam hati, "Saya datang ke sini untuk mendapatkan suatu pemecahan masalah, kenapa Anda memberikan air garam kepada saya?"

Tidak lama kemudian sang guru mengajak murid ke sebuah kolam yang berisi air. lalu diserhakn lagi kepada murid itu satu plastik garam dan sang guru memintanya agar menaburkan garam itu ke dalam kolam. Maka, ditaburkanlah seplastik garam tersebut ke dalam kolam. kemudian si murid diperintahkan untuk mengaduk air kolam sampai rata sebagaimana tadi gelas yang berisi garam diaduk sampai rata. setelah itu sang guru menyuruh muridnya untuk minum air dari kolam tersebut.

Kalaulah kita yang menjadi murid pada waktu itu, pasti kita akan merasakan perbedaan persaan ketika meminum segelas air dari gelas yang pertama dengan segelas air yang berasal dari kolam. Meski sama-sama air putih, sama-sama bercampur seplastik garam, tapi yang berbeda adalah pada saat diaduk. pada kejadian pertama, garam itu diaduk di dalam gelas, sedangkan pada kejadian yang kedua, garam itu diaduk pada di dalam sebuah kolam kemudian diciduk menggunakan gelas. Kita akan menyimpulkan bahwa rasa yang dimiliki gelas pertama dengan kedua pasti berbeda. Gelas yang pertama pasti jauh lebih asin dibandingkan gelas yang kedua, kenapa? Ya, kita semua tentu tahu jawabannya. Karena gelas kedua berisi air yang diperoleh dari kolam yang lebih luas dan lebih besar volume airnya.

Nah, bayangkan kalau gelas ini adalah hati kita, sedangkan problema hidup itu adalah sepalstik garam. Kalau masalah kehidupan ditimpakan ke dalam hati yang sempit yang digambarkan dalam bentuk gelas, maka kita akan merasakannnya sangat asin. Artinya, kita sangat merasakan betapa berat masalah dipikul dalam hidup seperti itu. Tapi, berbeda kalau problem yang sama ditimpakan ke hati yang sebesar kolam, tentu air itu jauh lebih tawar dibandingkan yang pertama, masalah tak terasa seberat dibandingkan dengan kondisi pertama. Di sini kata kuncinya adalah hati.

Saat kita menyempitkan hati, maka sebesar apapun menjadi sangat rumit. tetapi kalau kita meluaskan hati, maka rasanya akan menjadi lebih ringan.
Ilustrasi diatas memberikan suatu bingkai bahwa untuk menghidupkan kehidupan, untuk menguasai kehidupan haruslah memfokuskan pada kelapangan hati.



Amnesti Pajak Berakhir, Objek Baru Lahir

Hiruk pikuk pelaksanaan program pengampunan pajak atau tax amnesty yang berlangsung selama periode Juli 2016 sampai dengan Maret 2017 tel...