Kamis, 28 April 2016

Keseimbangan Hidup: Sendok, Garpu, dan Korek Api


Ada suasana morning briefing pagi ini yang berbeda dari biasanya. Setahun lebih, KPP Pratama Purwakarta telah membudayakan morning briefing yang dimaksudkan untuk penyemangat dan pengingat bagi para seluruh pegawai agar dapat melaksanakan pekerjaan dengan penuh integriras, profesional, dan besinergi dengan seluruh bagian.

Adalah pak Kurnia Wahjudi Adnan yang mendapat giliran sebagai pengisi morning briefing membawa sejumlah properti diantaranya: mug, sendok, garpu, dan korek api. Saya tak begitu hiraukan juga atas apa yang dia siapkan. Berprasangka pun tidak ada. Karena memang saya bukan sosok yang mudah berprasangka apalagi menuduh, he he he.

Kembali ke laptop, pembicara menguraikan tentang pentingnya keseimbangan hidup. Dalam diri setiap orang senantiasa berkecamuk berbagai kepentingan baik dunia dan akhirat. Maka untuk itu dituntut untuk mampu menyeimbangkan antara keinginan dunia dan akhirat. Salah satu unsur penting sebagai penyeimbang hidup adalah ilmu. Dengan ilmu itulah manusia dapat mengendalikan diri dalam kehidupannya tanpa condong ke salah satu hasrat. Ilmu itulah yang akan menyeimbangkan tujuan dunia dan akhirat dalam menjalani hidup dan kehidupan ini.

Dari uraian itu, barulah disadari akan maksud dari properti-properti tersebut. Mug diibaratkan adalah hidup atau kehidupan, sendok dilambangkan keinginan duniawi, garpu disimbolkan sebagai keinginan akhirat, sedangkan korek api digambarkan sebagai ilmu. Pembicara mengutarakan bahwa hidup yang seimbang adalah mereka yang mampu menyatukan dua tujuan (dunia dan akhirat) atas kehidupannya dengan ilmu. Lantas bagaimana dengan simbolisasi atas benda-benda tersebut?

Pembicara menantang seluruh pegawai yang hadir di morning briefing tersebut apabila mampu menyatukan sendok dan garpu dengan bantuan korek api dapat melayang di atas mug dengan seimbangan dan tidak jatuh tentunya. Semua peserta ditantang tanpa kecuali (termasuk kepala kantor lho.... , seru dah). Dan hadiah bagi yang mampu melakukannya tidak tanggung-tanggung bro, hadiah jam tangan milik pembicara, keren kan hadiahnya?. Dugaan saya, pasti jam tangan itu udah lunas, he he he. Namun tak satu pun peserta memberanikan diri untuk mencoba tantangan tersebut. Tak paham mengapa gak berani mencoba, apakah karena peserta sudah pada punya jam tangan ataukah karena memang belum tahu. Kalau saya emang belum tahu caranya.

Menyaksikan para hadirin tidak ada yang berani mencoba, tampak senyum bahagia terpancar pada diri pak Kurnia, itu pertanda jam tangan masih miliknya. Maka dia pun langsung performing memperagakan bagaimana membuat keseimbangan garpu, sendok, dan korek api supaya tidak jatuh di atas mug, sebagai berikut:

1.  Susun garpu dan sendok seperti di bawah ini

 


2.  Selipkan batang korek api di tengahnya





3. Seimbangkan semuanya di atas mug atau gelas, cari titik keseimbanganya  agar bisa diam di tempat.





Penasaran?
Silahkan mencoba, tapi mohon maaf ya... jam tangannya beli sendiri aja. 

Pak Kurnia Wahjudi Adnan memang luar biasa, bukan hanya memiliki suara adzan yang bagus, tetapi juga mampu membuat suasana pagi ini menjadi berbeda. Terima kasih atas percerahannya, ditunggu perform berikutnya. 
Penasaran euy. Bade perform naon deui nya?.



Jumat, 15 April 2016

Jangan Salah Sangka, Kenali Pahlawanmu!

Oleh: Musyafa Ahmad Rahim

Alkisah..

Tersebutlah ada satu keluarga yang memelihara seekor kucing. Dididiknya kucing piaraannya itu sehingga dapat mengerjakan sebagian tugas-tugas rumah dengan baik.

Pada suatu kali, keluarga itu mendapatkan tambahan anggota baru dengan lahirnya seorang anak lelaki yang sangat tampan dan menarik perhatian.

Rasa bahagia semakin tampak pada keluarga itu. Termasuk si kucing pun ikut terlihat berbahagia.

Hari demi hari keluarga itu mengekspresikan kebahagiaan mereka kepada sang bayi, dan si kucing pun juga bersikap lembut dan sayang kepada anggota keluarga baru yang masih memerah tersebut dan sama sekali tidak ada tanda-tanda atau gejala-gejala bahwa si kucing hendak menyakiti si bayi.

Pada suatu hari, ibu sang bayi sedang ada suatu hajat, sehingga ia tidak bisa menunggui sang bayi. Sang ayah pun berada di depan rumah, sedang bersih-bersih pekarangan; membabati rumput yang meninggi dan tidak beraturan, mencangkuli tanah yang perlu dicangkul dan sebagainya. Intinya membersihkan dan merapikan halaman depan rumah agar tampak lebih indah dan menawan. Sementara si kucing, tadinya tampak “bermain” dan “bercanda” dengan si bayi yang masih menggeletak di atas tempat tidur yang kaki-kaki ranjangnya sudah dilepas, dengan maksud agar sang bayi tidak menggelundung jatuh.

Saat sang ayah merasa haus, dengan tangan kanan masih memegang celurit tajam, ia bermaksud memasuki rumah hendak minum.

Betapa terkejutnya sang ayah saat melihat si kucing mulutnya berlumuran darah, dan pada bulu tubuhnya pun banyak terdapat darah segar, dan si kucing menampakkan ekspresi kebanggaannya di hadapan sang ayah.

Tanpa pikir dan pertimbangan panjang, sang ayah pun mengayunkan celuritnya kepada si kucing. Clurit itu dengan tepat mengenai tubuh si kucingyang seketika mati berlumuran darah. Belum puas bahwa sekali babat kucing itu mati, clurit pun diayunkan sekali lagi dan sekali lagi, untuk memastikan bahwa si kucing telah benar-benar mati, dan untuk melampiaskan “dendam”-nya.


Betapa tidak, bukankah darah segar pada mulut kucing itu, dan juga lumuran darah pada tubuhnya, juga ekspresi kebanggaannya menunjukkan bahwa baru saja si kucing menyakiti sang bayi?! Atau bahkan telah membunuhnya?! Atau bahkan telah memakannya?!

Sang ayah baru tersentak, tersadar dan terbangun dari “nafsu kesetanannya” saat melihat istrinya menggendong anaknya, dalam keadaan segar bugar, sehat wal afiat, tidak terjadi sesuatu apa pun padanya.

Justru ibu sang bayi itu lah yang menjerit melihat suaminya seperti “kesetanan” mencincang si kucing!! Seraya mengatakan: "Berhenti! Sarungkan clurit itu! Simpan! Kucing tidak salah! Justru kucing inilah pahlawan kita!"

Masih diliputi oleh campur aduk perasaan antara dendam kepada kucing di satu sisi, dan suara-suara pengingatan dan bentakan istrinya di sisi yang lain, sang suami melepaskan cluritnya, sambil masih dengan perasaan bingung tidak karuan, ia bertanya kepada istrinya: “Apa yang terjadi?”

Kata sang istri: “Lihat ke dalam rumah!”

Ternyata, di sana, di dekat tempat tidur sang bayi terdapat bangkai ular yang sudah terkoyak-koyak sedemikian rupa!!

Seketika, sadar lah sang ayah, berarti, kucing piaraannya ternyata adalah "pahlawan" keluarganya. Dialah yang telah berkelahi mati-matian untuk membela bayinya. Berkelahi dengan seekor ular yang bisa jadi akan “memangsa” bayinya.

Kucing itu, dalam perkelahian dan pegumulannya dalam melawan ular, telah menjadikan mulut dan seluruh tubuhnya berlumuran darah...

Maka, dapat dibayangkan, betapa dalam penyesalan sang ayah atas tindakannya yang telah mencincang dan memutilasi kucing pahlawannya sedemikian rupa!!




Sumber:
https://m.facebook.com/musyafa.ahmadrahim/posts/961349357288272

Kamis, 14 April 2016

Pelajaran dari Sya'ban RA, Optimalkah Amal Kebaikan Kita Hari Ini?


لَقَدْ كُنْتَ فِي غَفْلَةٍ مِنْ هَذَا فَكَشَفْنَا عَنْكَ غِطَاءَكَ فَبَصَرُكَ الْيَوْمَ حَدِيدٌ 

“ Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan dari padamu hijab (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam “
Q.S. Qaf : 22

Suatu kisah yang sangat menarik dan penuh hikmah dari seorang sahabat nabi bernama Sya’ban RA. Ia adalah seorang sahabat yang tidak menonjol dibandingkan sahabat – sahabat yang lain.
Ada suatu kebiasaan unik dari beliau yaitu setiap masuk masjid sebelum sholat berjamaah dimulai dia selalu beritikaf dipojok depan masjid.

Dia mengambil posisi di pojok bukan karena supaya mudah senderan atau tidur, namun karena tidak mau mengganggu orang lain dan tak mau terganggu oleh orang lain dalam beribadah.

Kebiasaan ini sudah dipahami oleh sahabat bahkan oleh RasululLah Shallallahu `alaihi Wa Sallam, bahwa Sya’ban RA selalu berada di posisi tersebut termasuk saat sholat berjamaah.

Suatu pagi saat sholat subuh berjamaah akan dimulai RasululLah Shallallahu `alaihi Wa Sallam mendapati bahwa Sya’ban RA tidak berada di posisinya seperti biasa. Rasul Shallallahu `alaihi Wa Sallam pun bertanya kepada jamaah yang hadir apakah ada yang melihat Sya’ban RA. Namun tak seorangpun jemaah yang melihat Sya’ban RA.

Sholat subuhpun ditunda sejenak untuk menunggu kehadiran Sya’ban RA. Namun yang ditunggu belum juga datang.
Khawatir sholat subuh kesiangan, Rasul Shallallahu `alaihi Wa Sallam memutuskan untuk segera melaksanakan sholat subuh berjamaah.

Selesai sholat subuh, Rasul Shallallahu `alaihi Wa Sallam bertanya apa ada yang mengetahui kabar dari Sya’ban RA.
Namun tak ada seorangpun yang menjawab .
Rasul Shallallahu `alaihi Wa Sallam bertanya lagi apa ada yang mengetahui di mana rumah Sya’ban RA. Kali ini seorang sahabat mengangkat tangan dan mengatakan bahwa dia mengetahui persis di mana rumah Sya’ban RA.
RasululLah Shallallahu `alaihi Wa Sallam yang khawatir terjadi sesuatu dengan Sya’ban RA meminta diantarkan ke rumah Sya’ban RA.
Perjalanan dengan jalan kaki cukup lama ditempuh oleh Rasul Shallallahu `alaihi Wa Sallam dan rombongan sebelum sampai ke rumah yang dimaksud.
Rombongan Rasul Shallallahu `alaihi Wa Sallam sampai ke sana saat waktu afdol untuk sholat dhuha  ( kira-kira 3 jam perjalanan).

Sampai di depan rumah tersebut beliau Shallallahu `alaihi Wa Sallam mengucapkan salam.
Dan keluarlah seorang wanita sambil membalas salam tersebut.
“ Benarkah ini rumah Sya’ban RA?” Rasul Shallallahu `alaihi Wa Sallam bertanya.
“Ya benar, saya istrinya” jawab wanita tersebut. “
Bolehkah kami menemui Sya’ban RA, yang tadi tidak hadir saat sholat subuh di masjid?” .
Dengan berlinangan air mata istri Sya’ban RA menjawab:
“ Beliau telah meninggal tadi pagi”
InnaliLahi wainna ilaihirojiun…SubhanalLah ,
satu – satunya penyebab dia tidak solat subuh berjamaah adalah karena ajal sudah menjemputnya….
Beberapa saat kemudian istri Sya’ban  bertanya kepada Rasul Shallallahu `alaihi Wa Sallam
“ Ya Rasul ada sesuatu yang jadi tanda tanya bagi kami semua,  yaitu menjelang kematiannya dia berteriak tiga kali dengan masing – masing teriakan disertai satu kalimat.  Kami semua tidak paham apa maksudnya”.
“Apa saja kalimat yang diucapkannya?” tanya Rasul Shallallahu `alaihi Wa Sallam .

Di masing – masing teriakannya dia berucap kalimat
“ Aduuuh kenapa tidak lebih jauh……”
“ Aduuuh kenapa tidak yang baru……. “
“ Aduuuh kenapa tidak semua……”

Rasul Shallallahu `alaihi Wa Sallam pun melantukan ayat yang terdapat dalam surat Qaaf (50) ayat 22 yang artinya:
“ Sesungguhnya kamu berada dalam keadaan lalai dari (hal) ini, maka Kami singkapkan dari padamu hijab (yang menutupi) matamu, maka penglihatanmu pada hari itu amat tajam “
Saat Sya’ban RA dalam keadaan sakratul maut…
perjalanan hidupnya ditayangkan ulang oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala .

Bukan cuma itu, semua ganjaran dari perbuatannya diperlihatkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala . Apa yang dilihat oleh Sya’ban RA ( dan orang yang sakratul maut) tidak bisa disaksikan oleh yang lain.
Dalam pandangannya yang tajam itu Sya’ban RA melihat suatu adegan di mana kesehariannya dia pergi pulang ke Masjid untuk sholat berjamaah lima waktu.
Perjalanan sekitar 3 jam jalan kaki sudah tentu bukanlah jarak yang dekat. Dalam tayangan itu pula Sya’ban RA diperlihatkan pahala yang diperolehnya dari langkah – langkah nya ke Masjid.
Dia melihat seperti apa bentuk sorga ganjarannya.
Saat melihat itu dia berucap:
“ Aduuuh kenapa tidak lebih jauh……”
Timbul penyesalan dalam diri Sya’ban RA, mengapa rumahnya tidak lebih jauh lagi supaya pahala yang didapatkan lebih banyak dan sorga yang didapatkan lebih indah.

Dalam penggalan berikutnya Sya’ban RA melihat saai ia akan berangkat sholat berjamaah di musim dingin. Saat ia membuka pintu berhembuslah angin dinginyang menusuk tulang.
Dia masuk kembali ke rumahnya dan mengambil satu baju lagi untuk dipakainya. Jadi dia memakai dua buah baju.
Sya’ban RA sengaja memakai pakaian yang bagus (baru) di dalam dan yang jelek (butut) di luar.
Pikirnya jika kena debu, sudah tentu yang kena hanyalah baju yang luar, sampai di masjid dia bisa membuka baju luar dan solat dengan baju yang lebih bagus.
Dalam perjalanan ke tengah masjid dia menemukan seseorang yang terbaring kedinginan dalam kondisi yang mengenaskan.
Sya’ban RA pun iba , lalu segera membuka baju yang paling luar dan dipakaikan kepada orang tersebut dan memapahnya untuk bersama – sama ke masjid melakukan sholat berjamaah.
Orang itupun terselamatkan dari mati kedinginan dan bahkan sempat melakukan sholat berjamaah.
Sya’ban RA pun kemudian melihat indahnya sorga yang sebagai balasan memakaikan baju bututnya kepada orang tersebut.
Kemudian dia berteriak lagi :
“ Aduuuh kenapa tidak yang baru……. “
Timbul lagi penyesalan di benak Sya’ban RA.
Jika dengan baju butut saja bisa mengantarkannya mendapat pahala yang begitu besar, sudah tentu ia akan mendapat yang lebih besar lagi seandainya ia memakaikan baju yang baru.
Berikutnya Sya’ban RA melihat lagi suatu adegan saat dia hendak sarapan dengan roti yang dimakan dengan cara mencelupkan dulu ke segelas susu. Bagi yang pernah ke tanah suci sudah tentu mengetahui sebesar apa ukuran roti arab (sekitar 3 kali ukuran rata-rata roti Indonesia)

Ketika baru saja hendak memulai sarapan, muncullah pengemis di depan pintu yang meminta diberikan sedikit roti karena sudah lebih 3 hari perutnya tidak diisi makanan.
Melihat hal tersebut , Sya’ban RA merasa iba .
Ia kemudian membagi dua roti itu sama besar,
demikian pula segelas susu itu pun dibagi dua.
Kemudian mereka makan bersama – sama roti itu yang sebelumnya dicelupkan susu , dengan porsi yang sama…

Allah Subhanahu wa Ta’ala kemudian memperlihatkan ….
ganjaran dari perbuatan Sya’ban RA dengan sorga yang indah.
Demi melihat itu diapun berteriak lagi:
“ Aduuuh kenapa tidak semua……”
Sya’ban RA kembali menyesal .
Seandainya dia memberikan semua roti itu kepada pengemis tersebut tentulah dia akan mendapat sorga yang lebih indah
Masyaallah,
Sya’ban bukan menyesali perbuatannya,
tapi menyesali mengapa tidak optimal.

Sesungguhnya semua kita nanti pada saat sakratul maut akan menyesal tentu dengan kadar yang berbeda, bahkan ada yang meminta untuk ditunda matinya karena pada saat itu barulah terlihat dengan jelas …konsekwensi dari semua perbuatannya di dunia.
Mereka meminta untuk ditunda sesaat karena ingin bersedekah.
Namun kematian akan datang pada waktunya, tidak dapat dimajukan dan tidak dapat diakhirkan

Sebuah pertanyaan buat kita (agak retoris), sudahkan kita mengoptimalkan amal kebaikan hari ini?







Sumber:
http://www.khoiruummah.sch.id/2015/10/kisah-sahabat-syaban-ra-yang-menyesal.html?m=1

Selasa, 12 April 2016

DJP BERDUKA

Sore ini, Selasa, 12 April 2016, kabar duka menyelimuti keluarga besar Pegawai Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Parada Toga Fransriano S, petugas juru sita dan Soza Nolo Lase, petugas honorer di KPP Pratama Sibolga gugur saat menjalankan tugas melakukan penagihan pajak kepada penunggak pajak.

Kisah ini sungguh sangat memilukan dan mengundang keprihatian yang mendalam. Sebagaimana diberitakan detik.com  dan antarasumut.com mereka berdua yang disedang menjalankan tugas negara untuk menagih pajak kepada wajib pajak yang menunggak pajak, justru ditusuk oleh wajib pajak berinisial AL, pengusaha yang menunggak pajak.

Sebegitu besar rasa duka dan keprihatian tersebut, Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro, menyampaikan kabar duka ini di tengah rapat kerja dengan Komisi XI DPR. detik.com memberitakan bahwa Menkeu memberitahu ada 2 petugas pajak dari KPP Sibolga meninggal dunia ditusuk wajib pajak.

Atas kejadian ini Direktur Jenderal Pajak, Ken Dwijugiasteadi, menyampaikan rasa duka cita dan sekaligus mengajak seluruh pegawai Direktorat Jenderal Pajak untuk tetap semangat dalam menjalankan tugas mengamankan penerimaan negara. Berikut pernyataan Direktur Jenderal Pajak:


Seluruh jajaran pimpinan dan pegawai Direktorat Jenderal Pajak turut berduka cita atas gugurnya rekan seperjuangan kita dalam menjalankan tugas mengamankan penerimaan negara, Parada Toga Fransriano S, Juru Sita Pajak Negara KPP Pratama Sibolga.


Semoga segala amal dan ibadahnya diterima di sisi Tuhan YME dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan dan kekuatan.


Saya mengajak seluruh pegawai Direktorat Jenderal Pajak untuk semua tetap semangat dalam meneruskan perjuangan ini agar pengorbanan Saudara kita Parada Toga Fransriano S tidak sia-sia. 


Saya sebagai Pimpinan akan selalu berada di depan bersama kalian untuk meneruskan perjuangan ini.

Semangat Satu Jiwa!


(Direktur Jenderal Pajak - Ken Dwijugiasteadi)


Senin, 11 April 2016

Pemberian Natura & Kenikmatan "Ini" Dapat Dikurangkan Dari Penghasilan Bruto

Dalam Pasal 9 ayat (1) huruf e Undang- Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan mengatur bahwa penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan tidak boleh dikurangkan (dari penghasilan bruto).
Namun pada ketentuan tersebut juga memberikan pengecualian atas hal-hal tertentu, penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan dapat dikurangkan dari penghasilan bruto, yaitu:

Pertama,
Penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan, meliputi:
  1. pemberian makanan dan/ atau minuman bagi pegawai yang disediakan oleh pemberi kerja di tempat kerja,
  2. pemberian kupon makanan dan/atau minuman bagi pegawai yang karena sifat pekerjaannya tidak dapat memanfaatkan pemberian makanan dan/atau minuman di tempat kerja, meliputi pegawai bagian pemasasaran, bagian transportasi, dan dinas luar lainnya.

Kedua,
Penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dalam rangka menunjang kebijakan pemerintah untuk mendorong pembangunan di daerah tersebut, berupa:
  1. tempat tinggal, termasuk perumahan bagi Pegawai dan keluarganya,
  2. pelayanan kesehatan,
  3. pendidikan bagi Pegawai dan keluarganya,
  4. peribadatan,
  5. pengangkutan bagi pegawai dan keluarganya,
  6. olahraga bagi pegawai dan keluarganya tidak termasuk golf, power boating, pacuan kuda, dan terbang layang,

sepanjang sarana dan fasilitas tersebut tidak tersedia, sehingga pemberi kerja harus menyediakannya sendiri.

Adapun pengertian Daerah Tertentu adalah daerah yang secara ekonomis mempunyai potensi yang layak dikembangkan tetapi keadaan prasarana ekonomi pada umumnya kurang memadai dan sulit dijangkau oleh transportasi umum, baik melalui darat, laut maupun udara, sehingga untuk mengubah potensi ekonomi yang tersedia menjadi kekuatan ekonomi yang nyata, penanam modal menanggung risiko yang cukup tinggi dan masa pengembalian yang cukup panjang, termasuk daerah perairan laut yang mempunyai kedalaman lebih daei 50 meter yang dasar lautnya memiliki cadangan mineral.

Catatan, pengeluaran untuk pembangunan sarana tersebut yang memiliki masa mamfaat lebih dari 1 tahun disusutkan sesuai ketentuan Pasal 11 UU PPh.

Ketiga,
Pemberian natura dan kenikmatan yang merupakan keharusan dalam pelaksanaan pekerjaan sebagai sarana keselamatan kerja atau karena sifat pekerjaan tersebut mengharuskannya, meliputi pakaian dan peralatan untuk keselamatan kerja, pakaian seragam petugas keamanan (satpam), sarana antar jemput pegawai, serta penginapan untuk awak kapal, dan yang sejenisnya.


Sardana

Sumber:
PMK Nomor 83/PMK.03/2009

Rabu, 06 April 2016

Hattrick, KPP Pratama Purwakarta 3 Tahun Beruntun Lampaui Target e-Filing

Suasana pojok e-filing KPP Pratama Purwakarta 
masih dipadati wajib pajak yang hendak 
menyampaikan SPT melalui e-filing.


Istilah hattrick sangat populer digunakan dalam dunia olah raga terutama sepak bola. Seorang pemain yang mampu melesakan bola ke gawang lawan sebanyak 3 kali dalam satu pertandingan, maka dikatakan pemain tersebut melakukan hattrik. Atau kemenangan 3 kali berurutan dalam suatu musim event balap otomotif seperti MotoGP, juga dapat disebut hattrick. Seiring perkembangan waktu, belakangan istilah ini juga digunakan di pada bidang-bidang lain.

KPP Pratama Purwakarta dalam 3 tahun berturut-turut berhasil melampaui target pencapaian e-filing yang telah ditetapkan. Bahkan bukan hanya melampaui target, KPP Pratama Purwakarta mampu bertengger di peringkat papan atas se Kantor Wilayah DJP Jawa Barat I dalam periode 3 tahun tersebut. Tahun 2014, berhasil mencapai lebih dari 120% dan menjadi KPP dengan pencapaian tertinggi se Kanwil DJP Jabar I. Tahun 2015, mampu mengoleksi 190% dari target, sekaligus menempatkannya sebagai KPP dengan point raihan tertinggi se Kanwil DJP Jabar I. Tahun 2016, sampai triwulan pertama ini KPP Pratama Purwakarta telah mencatatkan 120% dari target satu tahun, dan masih menggenggam sebagai KPP dengan point tertinggi se Kanwil DJP Jabar I.
Bagi para penggemar sepak bola liga Inggris, hasil KPP Pratama Purwakarta ini mengingatkan pada klub Manchester United yang berhasil mempertahankan gelar liga tiga tahun berurutan, yaitu 2006/07, 2007/08, dan 2008/09.

Atas pencapaian e-filing tersebut,  Kepala KPP Pratama Purwakarta, Dessy Eka Putri, menyampaikan rasa syukur kepada Allah yang Maha Esa, serta ungkapan terima kasih dan apresiasi yang tak terhingga kepada kepada wajib pajak atas antusiasme mereka untuk menyampaikan SPT Tahunan PPh 1770-S dan 1770-SS melalui e-filing. Apresiasi dan rasa terima kasih juga disampaikan kepada para pegawai KPP Pratama Purwakarta yang telah memberikan persuasi, edukasi, pelayanan kepada para wajib pajak. Bahkan para pegawai telah rela menambah waktu kerja untuk memberikan layanan e-filing pada hari Sabtu, 5 Maret 2016.

Dengan diterbitkannya Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-49/PJ/2016 yang memberikan pengecualian sanksi administrasi atas keterlambatan penyampaian SPT WP OP melalui e-filing yang disampaikan tidak melebihi 30 April 2016, sehingga pencapaian e-filing diperkirakan akan terus bertambah.


Amnesti Pajak Berakhir, Objek Baru Lahir

Hiruk pikuk pelaksanaan program pengampunan pajak atau tax amnesty yang berlangsung selama periode Juli 2016 sampai dengan Maret 2017 tel...