Minggu, 31 Juli 2016

Tugas Itu Menerbangkanku Ke Bumi Cenderawasih

Sebagai aparatur sipil negara haruslah memiliki kesiapan ke mana pun akan ditugaskan. Ketika pimpinan memutuskan untuk menugaskan seseorang aparatur ke suatu tempat, jauh apalagi dekat, tidak disenangi apalagi disukai, yang bersangkutan harus menjalaninya. Ibaratnya, bagai anak panah yang dilepas dari busurnya, segera meluncur ke tempat tujuan. Itulah hal yang kualami dalam pertengahan tahun ini.

Mulai tanggal 18 Juli 2016, amanah dan tempat baru sudah berada di pundakku ini untuk menjalaninya dengan penuh rasa tanggung jawab. Malam itu pula, usai acara pelantikan dan serah terima jabatan yang dilakukan di Jakarta, sekitar jam setengah sepuluh malam, bersama pak Vincentius Sukamto, diajak oleh pak Simon Petrus Siwi, melaju ke bandara Sukarno Hatta. Kami bertiga merupakan diantara yang mendapat tugas baru di tanah Papua walau kota berbeda. Saya ditugaskan ke Jayapura, pak Siwi di kota Sorong, dan pak Vincen di kota Manokwari. Namun kami harus ke Jayapura semua, karena ada kegiatan di Kanwil Papua dan Maluku yang berkantor di Jayapura. Bertiga pula malam itu kami menggunakan fligt yang sama yaitu Garuda Indonesia G654, yang berangkat tgl 19 Juli 2016 pukul 01.20 wib. Jadwal kedatangan di bandara Sentani pada pukul 12.00 wit.

Kecuali pak Siwi, yang harus ganti pesawat di bandara Maros Makasar, kami berdua tetap menggunakan pesawat tersebut sampai kota tujuan Jayapura.

Sesampai di bandara Sukarno Hatta sekitar jam sepuluh lebih, langsung lakukan check in di terminal 2F. Rupanya selera saya dan pak Vincen sama dalam hal memilih tempat duduk pesawat, berselera duduk di pinggir jendela. Kesamaan selera itulah yang kemudian kami tidak bisa duduk bersama. Pak Vincen duduk di seat 37 sedangkan saya di seat 38 persis di belakang dia.
Ini hasil kesepakatan berdua tanpa duduk bersebelahan karena diniatkan akan tidur di pesawat.

Masih ada waktu 3 jam menuju jam keberangkatan. Saya pamit ke pak Vincen yang tengah mulai ngantuk di kursi tunggu. Saya ingin manfaatkan sebagian waktu untuk sholat dan tilawah Qur'an di mushola yang ada di terminal 2F tersebut. Satu juz mushaf Qur'an telah dibaca, rasa kantuk pun mulai hinggap. Maka segeralah bergabung kembali ke pak Vincen, khawatir saya tertidur di mushola. Rupanya pak Vincen tengah asik ngobrol dengan seorang calon penumpang lainnya dengan tujuan Timika. Kusapa orang tersebut dengan senyuman, dan langsung ambil posisi  duduk di sebelah pak Vincen. Tak berselang lama, saya pun tertidur ayam sambil duduk. Sementara mereka berdua masih asik terlibat obrolan.

Jam 01.00, pak Siwi mengajak untuk menuju boardingpass dan masuk ke dalam pesawat. Seperti yang sudah direncanakan, begitu duduk di pesawat, mata ini langsung kupejamkan. Sampai kemudian dibangunkan oleh pramugari yang membagikan makanan. Sekitar 2 jam lebih terbang, pesawat mendarat untuk transit di bandara Maros Makasar. Cukup banyak penumpang yang turun di Makasar, tapi seimbang dengan penumpang yang naik. Di bandara Makasar pun seluruh seat terisi penuh. Terdengar suara kumandang adzan subuh dari hp salah satu penumpang, tak berselang lama saya pun bertayamun dan sholat subuh di bangku pesawat.

Satu jam lebih transit di Makasar, molor dari jadwal seharusnya karena ada penggantian roda pesawat. Penerbangan pun dilanjutkan lagi dengan tujuan Timika. Kantuk yang tak tertahan itu kembali mengajakku untuk tertidur di bangku pesawat. Dan sekali lagi pembagian makanan oleh pramugari itu yang membagi sesi dari pulasnya tidur. Lebih dari dua jam penerbangan, pesawat pun landing di bandara Timika. Di sini jumlah penumpang yang turun lebih banyak lagi, tapi tak berselang lama penumpang yang naik dari Timika pun memadati seluruh seat yang kosong.

Sekitar satu jam transit, pesawat kembali melanjutkan ke destinasi terakhir. Waktu tempuh Timika ke Jayapura tidak sampai satu jam. Karenanya dalam penerbangan itu sengaja mata dijaga untuk tidak tertidur. Mata ini harus dilatih memandang awan putih yang menyelimuti pulau papua. Dalam beberapa saat penerbangan yang rendah tampak hijaunya hutan yang menutupi pegunungan di papua. Ya inilah hari pertama di tempat pengabdian baru di bumi cenderawasih. Suasana baru, sahabat baru, lingkungan baru, kebiasaan baru, dan hal-hal baru lainnya yang akan menghiasi hari-hariku ke depan. Lamunan itupun berakhir saat pramugari membagikan makanan ringan.

Kru pesawat mengumumkan bahwa pesawat akan mendarat di bandara Sentani Jayapura. Pesawat mulai bermanuver untuk landing, nampak danau Sentani yang luas di kelilingi oleh pesawat. Bandara Sentani memang persis di tepian danau Sentani. Pesawat makin rendah dan merendah lagi. Akhirnya roda pesawat pun mendarat di landasan bandara.

Kaki ini pun akhirnya menginjakkan di tanah Papua. Tugas itu yang menerbangkanku sampai di bumi cenderawasih. Selamat berjumpa bumi cenderawasih, terimalah kehadiran diri ini di bumi ini sebagai bagian jalan hidupku. Sambutlah diri ini untuk menjadi bagianmu dalam beberapa waktu. Semoga kehadiranku dapat memberi kebaikan bagi siapapun baik untuk diri sendiri maupun bagi orang lain di sini dan di manapun.

Tanah Papua, tempat baruku untuk berkarya.
Bumi Cenderawasih, di sini ku akan berbakti.

رَبِّ أَنْزِلْنِى مُنْزَلاً مُبَارَكاً وَأَنْتَ خَيْرُ الْمُنْزِلِيْنَ
"Ya robbku, tempatkan aku pada tempat yang diberkati dan Engkau adalah sebaik-baik yang memberi tempat"
(Q.S. Al-Mukminun : 29)

Sabtu, 30 Juli 2016

Ini Sungguh Mengagetkan

Seperti biasa setiap kali pergi ke masjid untuk sholat tarawih ataupun i'tikaf Ramadhan yang lalu selalu membawa handphone. Karena memang saya terbiasa membaca Al-Qur'an dari aplikasi yang ada di hp.
Namun Sabtu dinihari jam 3-an tanggal 2 Juli 2016 bertepatan dengan malam 27 Ramadhan 1437H, tiba-tiba banyak dering tanda pesan WhatsApp. Tentu itu bukanlah pertanda turunnya 'lailatulqodar' . Namun, ini sungguh mengagetkan.

Pesan ucapan selamat berderet di WA. Ya rupanya ada SK Mutasi Eselon III, dan saya masuk salah satunya. Ini sungguh mengagetkan.

Namun itu baru sederet ungkapan selamat, belum tahu di mana amanah itu diberikan. Download file SK tersebut beberapa saat sambil dagdigdug ke mana lagi tempat pengabdian berikutnya. Setelah file terunduh, kubuka isi file berformat pdf tersebut, ada 20 halaman dan 334 jabatan yang ada. Untuk mempercepat, langsung gunakan fasilitas fungsi searching. Kuketik namaku, Sardana, dan aktifkan perintah mencari. Hasilnya, jabatan baruku sebagai kepala bidang keberatan, banding, dan pengurangan pada Kantot Wilayah Papua dan Maluku, yang berlokasi di kota Jayapura. Ini sungguh mengagetkan.

Jayapura pastinya akan jadi destinasi tempat tugas selanjutnya. Mencari tahu tentang seluk beluk kota itupun mulai dikumpulkan, baik dari dunia maya maupun dunia nyata. Setiap ada waktu luang, googling jayapura adalah teman setiaku. Ada teman saat kuliah S2 dulu yang jadi dosen di Universitas Cenderawasih. Kukabari dia kalau saya akan pindah ke Jayapura, komentarnya, "Saya harus ucapkan apa nih?, alhamdulillah atau innalillahi?". Kujawab saja, "Ucapkan saja dua-duanya, alhamdulillah dan innalillahi". Tertawa dia. Ini sungguh mengagetkan.

Karena kabar mutasi datang saat liburan lebaran, pastinya keluarga harus dikabari. Baik keluarga istri di Bandung maupun keluarga orang tua di Indramayu. Ketika disampaikan ke mereka, komentarnya singkat,  "Jauh ya", tanpa ekspresi kaget sedikitpun. Apalagi paman 'mang Umar', malah cerira-cerita lucu tentang temennya yang ditugaskan di Papua, tentu saja membuat anak-anak jadi pada tertawa. Ini sungguh mengagetkan.

Jelang sepekan keberangkatan banyak teman-teman yang sudah lebih dulu bertugas di Jayapura menghubungi saya menanyakan kapan datang naik pesawat apa. Diluar dugaan mereka memberikan sambutan yang luar biasa, mulai dari penjembutan di bandara Sentani, jamuan maksi, antar jemput ke hotel, sampai urusan rumah dinas. Mas Dwi, mas Fauzan, mas Firman begitu rela direpotkan oleh saya. Ini sungguh mengagetkan.

Untuk mengabarkan kegembiraan ini, bahwa saya telah tiba di Jayapura dengan selamat dan sambutan sangat sangat dari teman-teman Jayapura. Ingin rasanya segera update status di medsos, namun selalu gagal. Rupanya, sudah beberapa waktu jaringan internet dari T*lk****l di Jayapura sedang kurang maksimal karena terputusnya kabel serat optik akibat gempa di laut Sarmi. Ini sungguh mengagetkan.

Masih banyak hal mengagetkan lainnya dari kota Jayapura, yang menepis sebagian bayangan tentang Jayapura.


Saya, Sardana dan pak Vincentius Sukamto (Kepala KPP Pratama Manokwari), saat pertama kali menginjakkan kaki di bumi Cenderawasih. Bandara Sentani Jayapura. Selasa, 19 Juli 2016

Jumat, 15 Juli 2016

Purwakarta Banyak Cerita


Kantor Pelayanan Pajak Purwakarta 
Kantor yang diinginkan saat penempatan kerja pertama
Namun tak selalu cita-cita sejalan dengan fakta
Termasuk hasrat hendak ke Purwakarta pun tak jadi realita
Setelah 21 tahun, mutasi itu mewujudkan sebuah cita lama
Akhirnya Purwakarta pun berada di pelupuk mata

Dua tahun lebih bekerja, di sini pun banyak cerita
Sebuah tulisan pajak kukirim ke penerbit Alfa Beta
Tak disangka, buku karyaku terpajang di Gramedia

Menyuluh pajak ke masyarakat adalah hal yang biasa
Tapi jadi tak biasa di Purwakarta, karena pake bahasa Sunda

Suara ku ini kadang mengudara sampai lintasi jalur pantura
Maklum isi siaran di Akom radio, jadi penyampai berita

Jadi aktor pendukung pun sudah pernah ku coba
Di film singkat Aki Madí bayar pajak, walau tampil tak lama

Kelemahanku.... terkadang suka lupa
Jadinya hal yang terkesan kutulis dalam blogku.. Blog Kang Dana
Bila ada yang belum terceritakan di sini.. silahkan dibaca
(Ssssstttt... selingan iklan ya)

Kantor ini kumpulannya orang hebat dalam berkarya
Kepala kantor-nya, ibu Dessy Eka Putri, juara
Kepala Seksi-nya, ibu Evi Litawati, juara
Fungsional-nya, mas Hari Andrianto, juara
Juru Sita-nya oge jawara
Pelaksana-nya juga berjaya
Medsos-nya pun digjaya 
Mereka semua luar biasa 
Namun mohon maaf, saya belum bisa seperti mereka

Kini saatnya berpisah raga
Namun berharap di hati tetap terjaga
Pileleuyan, amit mundur, dah kuring arek ngumbara
Saatnya jalankan amanah di kota Jayapura
Terima kasih buat seluruh rekan di KPP Pratama Purwakarta
Maafkan bila ada salah tingkah dan kata

Semoga hidup kita selalu berkah dan bahagia



Acara halal bi halal dan perpisahan: 
Ibu Dessy Eka Putri, mutasi sebagai Kepala KPP Pratama Cikarang Selatan, saya, Sardana, promosi sebagai Kepala Bidang Keberatan, Banding, dan Pengurangan Kanwil DJP Papua dan Maluku, dan penempatan pertama CPNS lulusan Prodip I.      

Jumat, 08 Juli 2016

Ketetapan dan Fleksibilitas Islam

Ust. DR. Ahzami Samiun Jazuli, MA

Pengertian Tsabat dan Murunah
Tsabat bermaksud tetap dan teguh serta tidak berubah. Hal ini bermakna dalam ajaran Islam ada perkara-perkara yang dinyatakan secara tetap atau qat’ie, tidak boleh dipindah atau diubah dasar, prinsip dan perlaksanaannya.
Adapun Murunah bermaksud luwes yaitu ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam boleh berubah mengikut kesesuaian, namun prinsip asasnya masih tetap. Ajaran Islam juga adalah mudah dan tidak menyusahkan penganutnya.
Hal ini bermakna, Islam memberi kelonggaran dan kemudahan kepada umatnya melaksanakan perintah Allah Ta’ala. Kelonggaran tersebut melibatkan perkara-perkara furuk atau cabang atau perkara yang dinyatakan secara umum mengikut batasannya.
Prinsip-prinsip ajaran islam yang tetap tidak berubah adalah Akidah, Ibadah dan ketetapan syari’ah.
  1. Akidah
Akidah ialah kepercayaan dan keyakinan terhadap Allah Ta’ala Tuhan Yang Maha Esa dan tiada sekutu bagi-Nya. Kita wajib menyakini Allah Ta’ala sebagai Rabb yaitu mengakui dengan sepenuh hati bahwa Allah Ta’ala sajalah yang memiliki, menurunkan rezki, mencipta, mengatur alam ini dan seluruh makhluk serta mengakui bahwa hanya Allah Ta’ala  yang berhak disembah, ditaati, dan dipatuhi secara mutlak.
Dalam keyakinan ini tidak ada kelonggaran dan toleransi dengan sembarang unsur-unsur syirik yang bisa merusak kepercayaan kepada Allah Ta’ala seperti mempercayai penguasa lain yang mampu menyaingi kekuasaan Allah Ta’ala atau menyembah sesuatu selain daripada Allah Ta’ala.
Konsep tsabat dalam akidah dapat dilihat dalam kisah Rasulullah yang ditawarkan dengan pelbagai hadiah agar baginda bertoleransi dengan kepercayaan musyrikin Makkah, namun baginda tetap dengan keyakinannya.
وَلَا أَنَا عَابِدٌ مَّا عَبَدتُّمْ{4} وَلَا أَنتُمْ عَابِدُونَ مَا أَعْبُدُ{5} لَكُمْ دِينُكُمْ وَلِيَ دِينِ{6}
 “Dan aku bukan penyembah apa yang kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah apa yang aku sembah. Untuk kamu agama kamu dan untukku agamaku”. (Al Kafirun: 4-6)
  1. Ibadah
Dalam ibadah wajib seperti shalat fardhu, puasa di bulan Ramadhan, haji dan zakat tidak ada toleransi dalam rukun, syarat sah dan waktu perlaksanaannya. Perkara tersebut tetap tidak berubah kerana telah ditetapkan oleh Allah Ta’ala.
Ibadah shalat telah ditetapkan lima waktu sehari semalam dan tidak boleh dikurangkan jumlahnya. Ibadat puasa telah ditetapkan dalam blan Ramadhan dan tidak boleh dilakukan dalam bulan-bulan lain. Begitu juga ibadah haji dan zakat telah ditetapkan rukun-rukun dan syarat-syaratnya yang tidak boleh diubah.
Kita wajib menunaikan ibadah wajib ini walau dalam situasi dan keadaan apa sekalipun. Ketetapan ini tidak membebankan hamba-Nya ia mampu dilakukan oleh manusia.
“Wahai orang-orang yang beriman, kamu diwajibkan berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang yang terdahulu daripada kamu supaya kamu bertaqwa”. (Al-Baqarah: 183)
  1. Ketetapan Syariah
Syariah Islam telah menetapkan pelbagai hukum untuk mengatur kehidupan manusia seperti hukum wajib, sunat, harus, makruh dan haram. Demikian juga dalam hukum jinayah (pidana), Islam telah menetapkan hukuman tertentu mengikut kesalahan. Ketetapan ini tidak berubah sehingga hari kiamat tiba.
Hukum halal dan haram suatu perkara seperti riba, makanan haram, dan suap-menyuap tidak boleh diubah hukum haramnya. Begitu juga hukum jinayah yang meliputi hukum qishas, hudud, dan ta’zir tidak boleh diubah dengan ditambah atau dikurangkan perlaksanaan hukumannya. Contohnya hukuman terhadap pencuri telah ditetapkan potong tangannya dan penzina yang belum menikah ditetapkan seratus kali cambukan. Pelaksanaan hukuman ini tidak boleh dikurangi atau diubah.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَأْكُلُواْ الرِّبَا أَضْعَافاً مُّضَاعَفَةً وَاتَّقُواْ اللّهَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ{130}
“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu makan dan mengambil riba dengan berlipat kali ganda, dan hendaklah kamu bertaqwa kepada Allah supaya kamu beruntung”. (Ali Imran: 130)

Urgensi Adanya Tsabat dan Murunah

Dalam rangka untuk menampilkan karakteristik ajaran islam. Sebab ajaran islam adalah ajaran istimewa dan tidak bisa tertandingi oleh ajaran manapun. Kitab sucinya adalah kitab suci yang paling mulia, dan merupakan mu’jizat sepanjang masa yang tidak bisa tertandingi oleh kitab dan undang-undang manapun.
Dalam rangka memberikan pencerahan, kepekaan kepada umat islam akan fiqhul ikhtilaf (fiqih perbedaan). Sehingga umat ini lebih cerdas dan tidak semua perbedaan disikapi dengan antipati padahal sama-sama muslim. Harapannya, umat akan lebih dewasa dan lebih luas pemahamannya ketika mengetahui mana ajaran islam yang permanen dan fleksibel.
Dalam rangka mendidik masyarakat terutama para aktivis dakwah, para ustadz dan ustadzahnya, para mubaligh dari jama’ah dan ormas islam manapun yang diharapkan semuanya mempunyai pemahaman  mendalam, sehingga setiap aktivis dakwah terbuka, toleran dan tidak menutup diri hanya mengikuti pendapat gurunya bahkan siap untuk mengalah ketika jelas baginya bahwa kebenaran berada di pihak lain.
Kenapa demikian? Karena para ulama’ seperti Imam As Syafi’I Rahimahullah saja mempunyai pendapat yang dirubah. Kita kenal dengan Qaul Qadim (pendapat lama) dan Qaul Jadid (pendapat baru). Qaul qodim adalah fatwa Syafi’i tatkala ia masih berada di baghdad sedangkan qoul jadid adalah fatwa baru dari Imam Asy Syafi’i setelah pergi dari Baghdad, di Mesir tepatnya. Ini adalah satu indikasi akan flesibilitas hukum islam, dimana imam Syafi’I Rahimahullah, seorang imam madzhad memiliki dua pendapat yang berbeda terkait masalah fiqh. Apabila distingsi itu kita temukan dari dua ulama’ maka hal itu bisa kita katakan wajar namun manakala ikhtilaf itu terdapat pada satu imam, ini yang menjadi bahan renungan. Sehingga dapat kita fahami bahwa hukum itu tidak tetap, tetapi bisa berubah dan disesuikan dengan keadaan sebagaimana yang dilakukan oleh Imam Asy Syafi’I Rahimahullah. Oleh itu, kita tidak boleh terburu-buru memvonis saudara kita dengan sesat dan sebagainya hanya karena perbedaan pendapat dan beda lembaga dan organisasi.


Kaidah Tentang Ats Tsabat Dan Murunah

Maksudnya adalah mana ajaran islam yang permanen dan mana hukum islam yang bisa fleksibel. Pemahaman islam yang tetap dan tidak berubah hingga hari kiamat adalah dalam hal ushul dan tujuan islam. Tetapi islam bersifat fleksibel di dalam hal furu’ dan sarana-sarananya. Kenapa islam seperti itu? Dengan fleksibelitas ini, islam akan layak, pantas, berguna dan bermanfaat sepanjang masa. Sehingga tidak ada alasan lagi bahwa islam tidak relevan pada zaman modern ini. Islam tidak akan bertabrakan dengan perkembangan dan tuntutan zaman.
Mengapa harus ada ketetapan prinsip dan fleksibelitas dalam islam? Agar mampu mengatasi setiap perubahan dan bisa memecahkan masalah kekinian. Apabila Islam itu kaku maka akan banyak ditemui kesulitan untuk menerapkan hukum terhadap semua umat. Padahal umat ini berbeda beda, baik latar belakang, kondisi tempat, waktu dan juga pemikirannya.
Ajaran Islam memberi keleluasaan kepada pemeluknya, khususnya para ulama, untuk mengambil hukum bagi perkara-perkara baru, yang tidak muncul pada masa Rasulullah Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam, baik menyangkut benda maupun perbuatan, yang sebelumnya belum ditetapkan.
Hal itu karena Islam datang untuk memecahkan segala perkara yang ada hingga Hari Akhir. Dengan keluasannya tersebut, Islam bisa memecahkan masalah-masalah baru yang senantiasa terus berkembang.
Dengan keluasaan hukum syariat ini, tuduhan bahwa syariat Islam ketinggalan zaman dan tidak bisa memecahkan masalah kekinian adalah tidak beralasan sama sekali bahkan menyesatkan. Dalam Islam ada syariat yang telah ditetapkan dan ada suatu “jalan terbuka” (pintu ijtihad).
لكُلٍّ جَعَلْنَا مِنكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجاً
“…. untuk tiap orang dari kamu, Kami telah menciptakan  satu syariat dan satu jalan terbuka….”(Al Maidah: 48)
Namun, kita tidak boleh salah mengartikan kata “fleksibel”. Contohnya, pekerjaan seorang PSK itu bisa menjadi “halal” dengan alasan karena mereka melakukan itu untuk makan, sebab tidak ada orang yang mau memberi mereka makan. Tapi apakah semudah itu suatu yang haram bisa menjadi halal?
Menurut agama tidak!, islam memang agama yang fleksibel, tapi tidak semudah itu suatu yang haram menjadi halal! memang ada keterangan yang menjelaskan bahwa orang boleh memakan bangkai atau makanan dan minuman yang diharamkan sebab dalam keadaan terpaksa, tapi itu juga dengan catatan tidak ada yang dapat dimakan kecuali itu, dan jika ia tidak memakannya ia bisa meninggal, dan memakannya juga hanya sekedar kebutuhan saja (jika dengan satu suapan saja sudah dapat untuk menyambung hidup tidak boleh ditambah satu suapan lagi).
Bahkan sebenarnya masih ada jalan lain (pekerjaan yang halal) untuk mereka, seperti mencucikan pakaian, menjadi PRT, atau lain-lain. Mungkin mereka malu punya pekerjaan seperti itu, apalagi hasil yang didapat tidaklah seberapa. Jadi menurut syara’ pekerjaan PSK itu hukumnya tetap haram! Jadi, jangan sampai kita mudah terbujuk dengan ajaran-ajaran beberapa filosof islam yang menyimpang hanya karena ucapan mereka yang menarik.

Contoh-Contoh Penerapan Ats Tsabat Wal Murunah

Fleksibelitas Dalam Ibadah
Shalat adalah kewajiban tetap bagi setiap muslim yang dilakukan hingga kiamat dan cara melaksanakannya tidak berubah. Meskipun terdapat unsur-unsur al- Murunah dalam ibadat tersebut.
Misalnya perbedaan tentang mengeraskan basmalah atau tidak bagi imam ketika shalat jahr. Ini adalah persoalan murunah (fleksibelitas) dimana keduanya mempunyai dalil yang bersumber dari hadits-hadits nabi. Oleh karena itu, jangan sampai hanya karena sesuatu yang murunah, kemudian orang tidak mau ke masjid, karena dikritisi atau diserang hanya gara-gara perbedaan madzhab, padahal yang terpenting adalah bagaimana masjid ini menjadi makmur.
Seorang yang mampu shalat dengan berdiri, wajib baginya shalat dengan berdiri namun manakala ia mendapati kesusahan maka boleh saja shalat dengan duduk bahkan berbaring sekalipun. Seorang yang mampu berpuasa misalnya, wajib baginya untuk berpuasa namun manakala haraj (kondisi yang menyulitkan) mendapatinya maka tidaklah wajib baginya berpuasa pada waktu itu dengan catatan ia masih wajib mengganti puasanya pada hari yang lainnya atau dengan membayar fidyah.
Contoh Dalam Dakwah
Berdakwah hukumnya adalah wajib. Berdasarkan ayat berikut:
ادْعُ إِلِى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُم بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ (النحل: 125)
“Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.  (An Nahl: 125)
Kaidah ushul fiqh menyatakan bahwa pada dasarnya setiap perintah Allah dihukumi wajib, kecuali ada alasan yang memalingkan dari hukum wajib. Terlepas dari perbedaan para ulama’ mengenai dakwah hukumnya fardhu ‘ain atau kifayah. Tapi yang jelas, seluruh kaum muslimin, laki-laki maupun perempuan semuanya harus berdakwah mengajak manusia kepada Allah, memerintahkan yang ma’ruf dan melarang yang munkar. Ini adalah sebuah ketetapan.
Namun dalam hal sarana dakwah adalah perkara murunah (keluwesan/fleksibel). Misalnya; pemakaian pengeras suara dan sebagainya. Supaya agar jangan sampai karena hanya berbeda sarana, berbeda juga hatinya, sehingga umat islam berjuang sendiri-sendiri dengan golongannya masing-masing. Akhirnya umat islam yang besar menjadi kecil dan kecil, padahal cuma berbeda dalam hal sarana.
Ada orang yang menginginkan dakwah bertambah luas dan signifikan sehingga terjadi percepatan dakwah. Seperti berdakwah melalui televisi. Hal ini tentunya menjadikan jama’ah dakwah semakin bertambah dan banyak.
Ataupun berbeda dalam hal skala prioritas dakwah. Ada yang berprioritas mendirikan pesantren-pesantren dan mendalami kitab-kitab klasik ulama salaf, atau ada yang memprioritaskan membangun sekolahan dan perguruan tinggi sehingga bisa bersaing dengan perguruan tinggi sekuler dan sebagainya. Inilah yang disebut dengan keleluasaan ajaran islam, selama yang dilakukan tidak bertentangan dengan alquran dan as sunnah.
Dalam Aqidah dan Hukum Syari’ah
Prinsip Tsabat terdapat dalam bab ‘Aqidah atau Syariah. Walaupun demikian, dalam pelaksanaannya ia bisa berubah. Dari aspek ‘Aqidah misalnya, kita meyakini keesaan Allah Ta’ala dan haram serta bisa menyebabkan kepada kemurtadan jika seseorang muslim tunduk kepada berhala. Tetapi dalam keadaan terpaksa ia boleh melakukannya, namun hatinya harus tetap mentauhidkan kepada Allah Ta’ala, maka ia tidak berdosa dan tidak keluar dari islam.
Kita juga dapati contoh dalam sejarah, ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam ditawari sebuah kompromi dalam masalah aqidah dengan menyembah Allah selama setahun dan setahun berikutnya menyembah berhala, Allah menjawabnya dengan menurunkan surat Al Kafirun yang menjelaskan akan keteguhan prinsip dalam hal keyakinan yang tak bisa ditawar-tawar lagi.
Ini berbeda pada saat Rasulullah mengadakan perjanjian di Hudaibiyyah. Kita dapat melihat sikap fleksibilitas Rasulullah tampak jelas dalam gambaran yang paling indah. Hal itu tampak pada ucapan beliau di hari itu:
“Demi Allah, tidaklah kaum Quraisy mengajakku hari ini kepada suatu garis kerjasama dimana mereka memintaku untuk menyambung silaturahmi kecuali saya memberikannya kepada mereka.”
Penerimaan beliau Shallallahu Alaihi Wasallam untuk menulis naskah perjanjian damai: “Dengan nama-Mu ya Allah” (Bismikallahumma) sebagai ganti dari “Dengan nama-Mu Ya Allah yang maha pengasih lagi Maha Penyayang” (Bismillahirrahmanirrahiim) yang merupakan pengatasnamaan yang ditolak oleh kaum Quraisy.
Juga penerimaan beliau untuk menghapus kata Rasulullah setelah namanya yang mulia, pada saat Ali Radihallahu Anhu justru menolak untuk menghapusnya sampai Rasulullah sendiri yang menghapusnya. Serta pada penerimaan beliau terhadap syarat-syarat yang diajukan oleh Quraisy pada perjanjian tersebut.
Rahasia dari fleksibilitas dalam hal ini serta keteguhan prinsip dalam sikap sebelumnya adalah; bahwa sikap-sikap pertama berkaitan dengan prinsip dan aqidah, maka kompromi dalam hal ini tidak dapat diterima, sementara pada sikap yang terakhir adalah berkaitan dengan urusan parsial, politik temporal ataupun penampilan lahir simbolis, maka beliau bersikap longgar dan fleksibel.
Dalam aspek syari’ah misalnya, kita diharamkan memakan bangkai dan apa-apa yang diharamkan. Tapi, jika terpaksa karena kelaparan, maka pada masa itu tidaklah berdosa karena ia bertujuan hendak menyelamatkan nyawa.
Wajibnya menutup aurat bagi laki-laki maupun perempuan muslim. Tetapi model-modelnya boleh berbeda. Begitu juga pembelaan terhadap islam dan umat islam adalat tsabit (tetap) dan wajib hukumnya. Namun pembelaan terhadap islam dan umat islam bisa fleksibel. Silahkan membela islam dengan hartanya, jiwa raganya, waktunya, ilmunya, doanya dan lain sebagainya. Sesuai kemampuan dan potensi yang diberikan oleh Allah Ta’ala. Namun mereka yang membela islam dengan harta dan jiwanya mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Demikianlah kiranya penjelasan mengenai keteguhan prinsip islam dan fleksibelitas Islam dalam kehidupan beragama. Sehingga islam mudah diterapkan dalam kondisi apapun dan dimanapun juga.
Wallahu Ta’ala A’lam

Sumber Tulisan:
http://darussalam-online.com/ketetapan-dan-fleksibilitas-islam/


Minggu, 03 Juli 2016

Banyak Alasan Untuk Bersyukur

كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تَكْرَهُواْ شَيْئاً وَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ وَعَسَى أَن تُحِبُّواْ شَيْئاً وَهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ وَاللّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لاَ تَعْلَمُونَ

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu. Dan boleh jadi kamu mencintai sesuatu, padahal itu amat buruk bagimu. (Mengapa?) Allah maha mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (QS. Albaqarah: 216).

Pastinya, dalam kehidupan seseorang yang dilalui akan senantiasa bermuara kepada dua hal, yakni bahagia dan kecewa. Begitulah kodrat perasaan manusia. Namun rasa bahagia dan kecewa bisa menjerumuskan seseorang ke dalam kubang kehancuran hidupnya sendiri bila hal itu tidak disikapi dengan bijak. 

Ayat diatas mengingatkan kepada kita bahwa, rencana Allah SWT terhadap diri kita lebih Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda: “Sungguh menakjubkan perkara orang-orang mukmin. Karena segala urusannya merupakan kebaikan. Ketika mendapat nikmat ia bersyukur, karena bersyukur itu baik baginya. Ketika mendapatkan musibah ia bersabar, karena sabar itu juga baik bagi dirinya.”hebat dari rencana yang kita buat. Oleh sebab itu, logis jika kita dilarang berhenti berharap karena hal itu tidak akan mendatangkan kebaikan apapun.

Tidak ada yang mampu menghalau rasa kecewa selain mengisinya dengan rasa optimisme. Keluh kesah, penyesalan yang berkepanjangan, apalagi terus menerus mencari kambing hitam, bukan pilihan bijak saat menghadapi rasa kecewa. Bahkan rasa kecewa itu akan semakin besar, dan semakin tersiksalah kehidupannya.

Padahal masih (bahkan sangat) banyak yang dapat memiliki rasa bersyukur. Bumi masih gratis untuk kita pijak. Langit tidak dibayar memayungi kita. Oksigen masih tersedia untuk nafas kita. Angin masih kita rasakan hembusannya. Waktu masih tersisa untuk berkarya. Raga masih ada bukti kita nyata. Lalu, pantaskah kita mendustakan nikmat Allah SWT tanpa ada alasan? Allah SWT berulang kali mempertanyakan persoalan ini agar kita senantiasa bersyukur dan berpikir (surah Ar-Rahman).

Karenanya, pilihan bijak bagi seorang adalah harus mampu menjaga keadaan dirinya dalam kondisi apapun untuk senantiasa menumbuhkan ladang kebaikan dan pahala. 
Caranya, senantiasa berdzikir dengan menjadikan sabar dan shalat sebagai perantara untuk menghadirkan pertolongan Allah SWT.

Sebuah nasihat dalam hadits Rasulullah SAW bersabda: “Sungguh menakjubkan perkara orang-orang mukmin. Karena segala urusannya merupakan kebaikan. Ketika mendapat nikmat ia bersyukur, karena bersyukur itu baik baginya. Ketika mendapatkan musibah ia bersabar, karena sabar itu juga baik bagi dirinya.

Semoga kita senantiasa dapat bergandengan dengan dua sifat mulia "syukur" dan "sabar", kemanapun melangkah dan suasana apapun.

Wallahul muwafiq ila aqwamith thoriq.

Amnesti Pajak Berakhir, Objek Baru Lahir

Hiruk pikuk pelaksanaan program pengampunan pajak atau tax amnesty yang berlangsung selama periode Juli 2016 sampai dengan Maret 2017 tel...