Rabu, 13 Januari 2016

Melukis Waktu

Dalam bahasa Yunani, waktu dibedakan menjadi dua istilah, yaitu kronos dan kairos. Kronos merupakan waktu yang secara rutin mulai detik, jam, hari, pekan, bulan, tahun, dan seterusnya. Kronos adalah waktu kronologis yang memiliki ukuran lama atau jarak, dan tentunya akan berlalu. Sedangkan kairos adalah waktu yang menunjukan suatu peristiwa, momentum, dan kesempatan. Kairos adalah waktu yang penuh kualitas dalam suatu perjalanan hidup.

Apabila memperhatikan orang-orang besar dengan sederet karya dan prestasi, ternyata tidak selalu linier dengan panjangnya usia mereka. Justru dalam sempitnya waktu mereka banyak hasil yang mampu dicapai. Dengan demikian efisiensi dan efektivitas waktu berkualitas itulah yang akan menentukan keberhasilan seseorang.

Imam Sibawaih mengarang buku ilmu nahwu pada usia 30 tahun. Imam Nawawi meninggal pada umur 40 tahun dan meninggalkan warisan yang sangat besar, diantaranya kitab Riyadus Shalihin, Arba'in Nawawi, Al Adzkar dan berbagai kitab lainnya rujukan umat Islam.

Khalifah Umar bin Abdul Aziz sanggup mengubah kondisi bangsanya yang melarat menjadi bangsa yang makmur, adil dan sejahtera hanya dalam tempo lebih kurang 2 tahun. Beliau menjadi khalifah rasyidin 'kelima' yang melakukan 'tajdid' sangat besar dalam masa pemerintahan yang amat singkat.

Berkaca dari mereka, tentulah sebuah ironi apabila kita mengeluh dan beralasan karena ketidakmampuan dalam menunaikan kewajiban, lalu waktulah yang disalahkan. Padahal bisa jadi itu terjadi lebih karena ketidakmampuan dalam menata waktu dengan cermat, suka menunda-nunda pekerjaan sehingga tak mampu menolong diri sendiri apalagi membantu orang lain.

Menurut Hasan Al Bashri, waktu itu hanya ada tiga. Waktu kemarin yang sudah bukan punya kita lagi. Esok hari yang belum tentu kita miliki. Dan hari ini - sekarang yang ada di tangan kita.
Kalau begitu, akankah kita menyia-nyiakan lagi waktu sekarang ini? Akankah kita tidak mengoptimalkan hari ini yang sedang kita genggam?
Padahal apa yang dikerjakan hari ini merupakan bekal bagi masa depan, termasuk kematian - hari yang sudah pasti akan tiba.



Do'a buat keluargaku:

رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا 
قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا

Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami, isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa]. (QS. Al Furqon: 74)


Sardana.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Amnesti Pajak Berakhir, Objek Baru Lahir

Hiruk pikuk pelaksanaan program pengampunan pajak atau tax amnesty yang berlangsung selama periode Juli 2016 sampai dengan Maret 2017 tel...