Senin, 03 Maret 2014

"Nanti" ..tempat persembunyian kemalasan

Ketika kita menyuruh anak untuk belajar, mereka mengatakan: “Nanti, kan besok masih libur”. Ya itulah kata “Nanti” yang begitu lekat dengan kita. Banyak orang, teman, keluarga, anak, istri, bahkan mungkin juga kita sendiri tentu pernah mengatakan kata tersebut.. “Nanti”.

"Nanti" sebuah kata yang bermakna penundaan. Kalimat ini kerap kita ungkapkan dalam setiap aktivias yang belum diselesaikan. Boleh jadi, kalimat ini tak terlalu salah kita ungkapkan setelah sebelumnya berusaha keras untuk menyelesaikan pekerjaan. Tetapi jika dikaitkan dengan sebuah kewajiban yang harus segera kita lakukan, maka kata "nanti" ini akan berdampak kepada sikap menganggap enteng alias remeh alias menggampangkan bahkan mungkin meremehkan sebuah pekerjaan.

Sadarilah, kewajiban kita terhadap hari-hari yang dilalui adalah mengisinya dengan ilmu dan amal kebaikan. Hidup kita adalah hari ini, bukan kemarin dan juga besok. Karena "kemarin" adalah waktu yang tak akan pernah kembali dan "besok" adalah waktu yang tak pernah kita ketahui.

Mungkin pesan seorang pengembara ini dapat menjadi bahan renungan buat kita betapa bahayanya menunda-nunda pekerjaan, Muhammad bin Samrah, kepada sahabatnya ia menulis surat:
"Hai saudarakau! Jauhilah dirimu dari menunda pekerjaan. Jagalah, jangan sampai hal itu bersarang di dalam hatimu. Menunda pekerjaan berarti bersahabat dengan kerusakan, karena itulah adalah tempatnya kemalasan. Menunda pekerjaan berarti memutuskan cita-cita dan penyia-nyiaan terhadap umur. Jika kamu berbuat demikian, itu akan menjadi kebiasaanmu. Jauhilah ragamu dari kebosanan yang telah berpaling darimu, karena itu tidak mendatangkan manfaat bagi jiwamu. Hai saudaraku! Kamu akan selalu gembira, bila pekerjaanmu telah kamu lalukan atau kamu akan menyesal bila kamu melalikannya"

Kegagalan kita dalam mewujudkan cita-cita dan harapan, bisa jadi berawal dari sini. Di saat orang lain terus melaju dan bahkan berlari mengejar asanya, sementara kita terus asik terlena dengan hal-hal yang tidak berkaitan dengan cita-cita kita.

Beban pekerjaan semakin hari semakin bertumpuk, karena kita tidak segera menyelesaikan tugas yang seharusnya hari ini kita tuntaskan. Hari ini ada tugas baru, padahal tugas lama yang kemarin belum diselesaikan. Bayangkan kalau seandainya hari inipun kita tidak segera menyelesaikan tugas yang hari ini, akan menjadi semakin banyak dan menumpuk beban kita di masa depan.

Dan semua itu harus kita pertangungjawabkan.


Wallahu'alam

Sardana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Amnesti Pajak Berakhir, Objek Baru Lahir

Hiruk pikuk pelaksanaan program pengampunan pajak atau tax amnesty yang berlangsung selama periode Juli 2016 sampai dengan Maret 2017 tel...