Senin, 15 Desember 2014

Sarapan Nasi Goreng Pete ala Kang Dana


Seperti biasa suasana sholat subuh di Masjid Jabar Khoirat KPP Pratama Purwakarta hanya dilakukan beberapa jama’ah saja. Maklum di masjid yang berada di lingkungan kantor ini cukup jauh dari lingkungan masyarakat sekitar, sehingga dalam keseharian masjid ini hanya dimanfaatkan oleh para pegawai dan tamu KPP.  Saat malam hari tiba , jama’ahnya semakin sedikit, hanya mereka yang tinggal di lingkungan rumah dinas saja. Mereka yang biasa berjam’ah di waktu sholat maghrib, saya pak Haji Munawar, pak Miko, Nandang, kadang-kadang Riki ama Rudi kalau mereka tidak pulang ke Bandung.

Seusai sholat subuh, saya menyibukan diri dengan membersihkan kendaraan yang kotor bekas hujan. Sedangkan Nandang sudah mulai berlari pagi keliling kantor. Rampung bersihin mobil, saya pun berolah raga pagi dengan berlari keliling kantor. Hampir setiap pagi selama tinggal di Purwakarta selalu diisi dengan kegiatan olah raga baik berlari, bersepeda, atau sekedar jalan-jalan keliling kantor.

Ada hal menggoda saat berlari dalam setiap putaran mengelilingi kantor. Sekedar tahu aja, di sekililing kantor dan rumah dinas terdapat berbagai macam pepohonan hijau baik yang berbuah atau tidak berbuah, mangga, rambutan, jeruk bali, jambu, pete, dan lainnya. Godaan selalu muncul ketika melewati pohon mangga samping masjid yang buahnya bergentungan seolah bagaikan   tangan memanggil. Godaan lainnya juga muncul saat melewati pohon pete di dekat lapang futsal depan rumah pak Saut. Semakin banyak putaran larinya, semakin kuat hasrat untuk mengambil buah mangga dan pete. Pikirku, pokoknya pagi ini mau sarapan nasi goreng pete hasil masakan sendiri.

Singkat cerita, setelah 30 menit berlalu lari kelilingi kantor, langsung cari bambu/gala yang biasa pak Haji Munawar gunakan untuk mengambil buah. Srek, srek, srek, satu rangkai berisi 4 pete didapat dari pohon pete. Terus berpindah ke pohon mangga mencari buah yang lumayan besar, agar seimbang ama pete maka kuambil 4 buah mangga pula.

Jurus selanjutnya langsung pulang ke rumah untuk mempersiapkan sarapan pagi berupa nasi goreng pete buatan sendiri. Sepiring nasi diambil dari magic jar, menyiapkan telor ayam dan bumbu-bumbu yang dibutuhkan.

Nah berikut langkah-langkah untuk memasak nasi goreng pete:

pertama, kuliti pete dari tangkainya dan potong menjadi beberapa bagian;

kedua siapkan bumbu-bumbunya antara lain: rempah-rempah, garam, gula, bawang putih, bawang merah, nabati, cabai merah, lemak ayam, ekstrak daging ayam, tepung kecap, protein kedelai, pewarna karamel, penguat rasa dan lain-lain. Namun demi kepraktisan bumbu-bumbu itu sudah dikemas dalam satu sachet bumbu nasi goreng instan yang telah dibeli di mini market (cie-cie...kalau bikin bumbu sendiri mah..saya belum bisa bro, he he eh);

ketiga, nyalakan kompor dan taruh penggorengan di atasnya, tapi nyala apinya secukupnya aja ya;

keempat, tuangkan minyak goreng secukupnya (kalau saya pake mentega juga) terus goreng telur ayam, nasi putih, pete dan jangan lupa bumbunya, lantas aduk-aduk sampe merata. Untuk menambah rasa tambahkan secukupnya kecap manis.
Sreng, sreng, sreng, nasi goreng pete sudah siap dihidangkan. Haaaah, haaaah haaah, menikmati nasi goreng pete masakan sendiri saat panas... rasanya uuuuuuuh, maknyuuuus. Lama-lama terpikir juga, rasanya kok enak beli ama tukang nasi goreng di depan terminal Ciganea ya.
He he he... emang betul segala sesuatu yang dikerjakan oleh bukan ahlinya... silahkan rasakan sendiri hasilnya.
Sardana


.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Amnesti Pajak Berakhir, Objek Baru Lahir

Hiruk pikuk pelaksanaan program pengampunan pajak atau tax amnesty yang berlangsung selama periode Juli 2016 sampai dengan Maret 2017 tel...