Rasulullah saw membuat permisalan yang begitu sangat sederhana,
tetapi di balik kesederhanaan kata tersebut terkandung makna yang begitu luas
dan mendalam. Nabi saw bersabda: “Seorang mukmin adalah cermin bagi mukmin
yang lainnya” HR. Abu Daud. Cermin sebuah kata yang tidak asing buat
siapapun, dan itulah peran yang harus kita jalankan sebagai seorang mukmin.
Kita diperintahkan sebagai cermin bagi yang lain.
Dalam memainkan peran sebagai cermin, seorang mukmin terlebih
dahulu perlu memahami karakteristik sebuah cermin. Ada rahasia besar ketika memperhatikan
sebuah cermin.
Pertama, memiliki kualitas terbaik. Cermin apabila dibandingkan
dengan benda-benda yang juga terbuat dari bahan yang sama, maka cermin adalah
produk yang dihasilkan dari bahan yang terbaik. Tegel, keramik, batako, dan
juga cermin terbuat dari bahan pasir. Akan tetapi untuk membuat cermin
dibutuhkan pasir silika denagn kualitas yang terbaik. Apabila pasir yang
digunakan kurang baik, maka cermin yang dihasilkan tidak memberikan pantulan
yang sempurna dan tentu gambar yang yang dihasilkan tidak tampak seperti
aslinya. Dengan demikian agar peran sebagai cermin optimal, maka kualitas
personal mukmin harus terus ditingkatkan gara memperoleh yang terbaik.
Kesadaran ini semoga akan membentuk sikap penuh izah, bangga menjadi seorang
mukmin, serta menjaga penampilan, tutur kata, serta perilaku yang terpuji.
Kedua, bermanfaat bagi semua orang. Cermin akan dengan mudah kita
temui di berbagai tempat. Ketika di terminal bis, stasiun kereta api, bandara,
atau tempat umum lain akan kita jumpai cermin. Di perkantoran, pusat
perbelanjaan, rumah mewah, bahkan rumah yang gubuk pun aka nada cermin. Pesan
yang dapat kita ambil adalah seorang mumkin harus memberikan manfaat bagi
dirinya, keluarganya, lingkungannya, dan masyarakatnya. Mukmin bukan jadi benalu
di tengah-tengah masyarakat, tetapi harus menjadi problem solving bagi
meraka. Rasulullah saw memesankan: “Sebaik-baik manusia adalah yang
bermanfaat bagi sesame manusia lainnya”.
Ketiga, mengajak kepada kebaikan dengan bijak. Kalau kita
perhatikan, setiap orang yang bercermin tentu akan melakukan perubahan diri
dari yang buruk kepada yang lebih baik. Apabila ia melihat dirinya di cermin
dalam keadaan rambutnya acak-acakan, maka ia akan ambil sisir untuk merapihkan
rambutnya tersebut. Ia tidak marah apalagi tersinggung ketika cermin menasihati
bahwa rambutnya acak-acakan. Justru dengan kesadarannya sendiri ia mengubah
penampilannya tersebut.Oleh karena itu, setiap mukmin hendaklah meneladani
cermin dalam memberikan nasihat atau mengajak kepada orang lain. Perhatikan
adab-adab dalam meberikan nasihat. Nasihat tidak diwujudkan dengan kata-kata
kasar atau dengan mengejek orang yang dinasihati, karena akan membuat
tersinggung dan menyebabkan penolakan atas nasihat tersebut, bahkan bisa jadi
akan beralku kasar karena merasa harga dirinya dinodai.
Itu artinya seorang mukmin yang menjadi cermin bagi mukmin lainnya
, harus bersikap lemah lembut dalam menyampaikan nasihat dan tidak kasar serta
keras hati terhadap saudaranya yang sedang dinasihati. Ingatlah firman Allha
swt: “Maka disebabkan rahmat Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati, tentulah mereka menjauhkan
diri dari sekelilingmu…” (QS Ali Imran: 159)
Keempat, pandai menyimpan rahasia. Watak cermin adalah tidak pernah
menceritakan bentuk wajah orang yang pernah bercermin kepada orang yang berdiri
dihadapnnya, sekalipun ia dipecahkan. Artinya seorang mu’min tidak boleh
menceritakan aib orang yang telah meminta nasehat kepada dia kemarin kepada
orang lain Karena menceritakan aib orang lain yang telah meminta nasehat
padanya adalah dilarang Alloh dan merupakan bentuk khianat. Alloh SWT berfirman
; “..dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah
sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara
kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati ? Maka tentulah kamu merasa
jijik kepadanya..” (QS. Al Hujurot : 12). Menutupi aurat dan aib seorang
muslim adalah keharusan dan dengan itu Alloh akan menutup aibnya kelak dihari
kiamat. “Tiada seorang yang menutupi aib (kejelekan) orang didunia,
melainkan Alloh akan menutupi kejelekannya di hari kiamat.” (HR. Muslim).
Sikap yang baik dalam hal ini adalah diam jika tidak bisa berkata baik dan
benar, sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam ;
“Barangsiapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhir maka hendaklah ia
mengatakan yang baik atau dia diam.” (HR. Bukhari- Muslim).
Kelima, bersikap objektif dan tidak pilih kasih. iantara karakter
cermin yang lainnya adalah keterbukaan dan terus terang dalam memunculkan
bentuk orang yang bercermin. Artinya ia tidak pernah merubah wajah yang ganteng
menjadi jelek dan sebaliknya, serta tidak pula menampakkan hal hal lain, tapi
yang ditampakkan adalah hakikat dan kenyataan. Dalam hal ini cermin mengajarkan
jangan sampai mengatakan sesuatu yang bertolak belakang terhadap orang yang
sedang dinasehati, tetapi harus mengatakan yang sebenarnya dan ada pada orang
tersebut. Tidak asal orang tersebut senang. Selain itu cermin tidak pernah
menolak siapapun orang yang bercermin kepadanya. Baik orang yang ganteng,
buruk, pria, wanita, kaya, miskin, dewasa, anak-anak dan seterusnya. Pendek
kata seorang mu’min tidak boleh pilih kasih dalam memberikan nasihat ataupun
cerminan terhadap saudaranya, karena manusia tidak terkasta atau
terkotak-kotak. Manusia adalah sama derajatnya, yang membedakannya adalah
taqwanya. “…Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Alloh
ialah orang yang paling bertaqwa diantara kamu…” (QS. Al Hujurot : 13).
Keenam, butuh orang lain
yang merawat dan manjaganya. Sekalipun cermin memiliki berbagai
sifat kebaikan, namun ia juga tetap memiliki kekurangan. Ia adalah material
yang mudah kotor, rapuh, dan gampang pecah. Karenanya ia membutuhkan orang lain
yang bisa merawat dan menjaganya. Artinya seorang mukmin membutuhkan nasihat
dari orang lain, karena keimanan setiap saat selalu beribah. Terkadang iman itu
naik terkadang juga turun. Lingkungan yang baik dibutuhkan agar ia senantiasa
terjaga dalam keadaan yang baik imannya Tidak pernah mengklaim sebagai orang
paling soleh, tetapi dia bergaul dengan orang-orang soleh untuk merawat dan
menjaga kesolehannnya.
Ketujuh, sabar dan telaten. Cermin tidak pernah
protes ataupun marah terhadap berbagai gaya maupun tingkah orang yang berdiri
dihadapannya ataupun enggan untuk menampilkan wajah orang tersebut. Ia dengan
penuh kesabaran melayani setiap orang dengan berbagai karakternya. Hal ini
berarti seorang mu’min harus menjadikan dirinya sebagai orang yang sabar dan
harus memahamkan dirinya bahwa setiap orang tidaklah sama karakternya, sehingga
ia akan berusaha untuk memahami setiap permasalahan dengan lebih sabar dan
telaten. Mengenai keutamaan orang-orang yang sabar, Alloh SWT telah berfirman
dalam Al Qur’an : “Dan bersabarlah, karena sesungguhnya Alloh tiada
menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan.”(QS. Hud :
115)“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala
mereka tanpa batas.”(QS. Az Zumar : 10).Dengan sikap sabar ini Alloh SWT
akan meng-anugerahkan sifat-sifat yang baik dan keberuntungan yang besar
terhadap kita.
“Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar.”(QS. Fushshilat : 35)
“Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar.”(QS. Fushshilat : 35)
Gambaran di atas
merupakan beberapa karakter khusus sebuah cermin, yang tentunya harus ditiru
dan diikuti oleh setiap mukmin agar ia mampu menjalankan perannya sebagi cermin
bagi mukmin yang lainnya.