Selasa, 23 April 2013

Menjadi cermin bagi yang lain



Rasulullah saw membuat permisalan yang begitu sangat sederhana, tetapi di balik kesederhanaan kata tersebut terkandung makna yang begitu luas dan mendalam. Nabi saw bersabda: “Seorang mukmin adalah cermin bagi mukmin yang lainnya” HR. Abu Daud. Cermin sebuah kata yang tidak asing buat siapapun, dan itulah peran yang harus kita jalankan sebagai seorang mukmin. Kita diperintahkan sebagai cermin bagi yang lain.

Dalam memainkan peran sebagai cermin, seorang mukmin terlebih dahulu perlu memahami karakteristik sebuah cermin. Ada rahasia besar ketika memperhatikan sebuah cermin.

Pertama, memiliki kualitas terbaik. Cermin apabila dibandingkan dengan benda-benda yang juga terbuat dari bahan yang sama, maka cermin adalah produk yang dihasilkan dari bahan yang terbaik. Tegel, keramik, batako, dan juga cermin terbuat dari bahan pasir. Akan tetapi untuk membuat cermin dibutuhkan pasir silika denagn kualitas yang terbaik. Apabila pasir yang digunakan kurang baik, maka cermin yang dihasilkan tidak memberikan pantulan yang sempurna dan tentu gambar yang yang dihasilkan tidak tampak seperti aslinya. Dengan demikian agar peran sebagai cermin optimal, maka kualitas personal mukmin harus terus ditingkatkan gara memperoleh yang terbaik. Kesadaran ini semoga akan membentuk sikap penuh izah, bangga menjadi seorang mukmin, serta menjaga penampilan, tutur kata, serta perilaku yang terpuji.

Kedua, bermanfaat bagi semua orang. Cermin akan dengan mudah kita temui di berbagai tempat. Ketika di terminal bis, stasiun kereta api, bandara, atau tempat umum lain akan kita jumpai cermin. Di perkantoran, pusat perbelanjaan, rumah mewah, bahkan rumah yang gubuk pun aka nada cermin. Pesan yang dapat kita ambil adalah seorang mumkin harus memberikan manfaat bagi dirinya, keluarganya, lingkungannya, dan masyarakatnya. Mukmin bukan jadi benalu di tengah-tengah masyarakat, tetapi harus menjadi problem solving bagi meraka. Rasulullah saw memesankan: “Sebaik-baik manusia adalah yang bermanfaat bagi sesame manusia lainnya”.

Ketiga, mengajak kepada kebaikan dengan bijak. Kalau kita perhatikan, setiap orang yang bercermin tentu akan melakukan perubahan diri dari yang buruk kepada yang lebih baik. Apabila ia melihat dirinya di cermin dalam keadaan rambutnya acak-acakan, maka ia akan ambil sisir untuk merapihkan rambutnya tersebut. Ia tidak marah apalagi tersinggung ketika cermin menasihati bahwa rambutnya acak-acakan. Justru dengan kesadarannya sendiri ia mengubah penampilannya tersebut.Oleh karena itu, setiap mukmin hendaklah meneladani cermin dalam memberikan nasihat atau mengajak kepada orang lain. Perhatikan adab-adab dalam meberikan nasihat. Nasihat tidak diwujudkan dengan kata-kata kasar atau dengan mengejek orang yang dinasihati, karena akan membuat tersinggung dan menyebabkan penolakan atas nasihat tersebut, bahkan bisa jadi akan beralku kasar karena merasa harga dirinya dinodai.

Itu artinya seorang mukmin yang menjadi cermin bagi mukmin lainnya , harus bersikap lemah lembut dalam menyampaikan nasihat dan tidak kasar serta keras hati terhadap saudaranya yang sedang dinasihati. Ingatlah firman Allha swt: “Maka disebabkan rahmat Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu…” (QS Ali Imran: 159)

Keempat, pandai menyimpan rahasia. Watak cermin adalah tidak pernah menceritakan bentuk wajah orang yang pernah bercermin kepada orang yang berdiri dihadapnnya, sekalipun ia dipecahkan. Artinya seorang mu’min tidak boleh menceritakan aib orang yang telah meminta nasehat kepada dia kemarin kepada orang lain Karena menceritakan aib orang lain yang telah meminta nasehat padanya adalah dilarang Alloh dan merupakan bentuk khianat. Alloh SWT berfirman ; “..dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang diantara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati ? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya..” (QS. Al Hujurot : 12). Menutupi aurat dan aib seorang muslim adalah keharusan dan dengan itu Alloh akan menutup aibnya kelak dihari kiamat. “Tiada seorang yang menutupi aib (kejelekan) orang didunia, melainkan Alloh akan menutupi kejelekannya di hari kiamat.” (HR. Muslim). Sikap yang baik dalam hal ini adalah diam jika tidak bisa berkata baik dan benar, sebagaimana sabda Rasulullah Shalallahu Alaihi Wasallam ; “Barangsiapa yang beriman kepada Alloh dan hari akhir maka hendaklah ia mengatakan yang baik atau dia diam.” (HR. Bukhari- Muslim).

Kelima, bersikap objektif dan tidak pilih kasih. iantara karakter cermin yang lainnya adalah keterbukaan dan terus terang dalam memunculkan bentuk orang yang bercermin. Artinya ia tidak pernah merubah wajah yang ganteng menjadi jelek dan sebaliknya, serta tidak pula menampakkan hal hal lain, tapi yang ditampakkan adalah hakikat dan kenyataan. Dalam hal ini cermin mengajarkan jangan sampai mengatakan sesuatu yang bertolak belakang terhadap orang yang sedang dinasehati, tetapi harus mengatakan yang sebenarnya dan ada pada orang tersebut. Tidak asal orang tersebut senang. Selain itu cermin tidak pernah menolak siapapun orang yang bercermin kepadanya. Baik orang yang ganteng, buruk, pria, wanita, kaya, miskin, dewasa, anak-anak dan seterusnya. Pendek kata seorang mu’min tidak boleh pilih kasih dalam memberikan nasihat ataupun cerminan terhadap saudaranya, karena manusia tidak terkasta atau terkotak-kotak. Manusia adalah sama derajatnya, yang membedakannya adalah taqwanya. “…Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Alloh ialah orang yang paling bertaqwa diantara kamu…” (QS. Al Hujurot : 13).

Keenam, butuh orang lain yang merawat dan manjaganya. Sekalipun cermin memiliki berbagai sifat kebaikan, namun ia juga tetap memiliki kekurangan. Ia adalah material yang mudah kotor, rapuh, dan gampang pecah. Karenanya ia membutuhkan orang lain yang bisa merawat dan menjaganya. Artinya seorang mukmin membutuhkan nasihat dari orang lain, karena keimanan setiap saat selalu beribah. Terkadang iman itu naik terkadang juga turun. Lingkungan yang baik dibutuhkan agar ia senantiasa terjaga dalam keadaan yang baik imannya Tidak pernah mengklaim sebagai orang paling soleh, tetapi dia bergaul dengan orang-orang soleh untuk merawat dan menjaga kesolehannnya.

Ketujuh, sabar dan telaten. Cermin tidak pernah protes ataupun marah terhadap berbagai gaya maupun tingkah orang yang berdiri dihadapannya ataupun enggan untuk menampilkan wajah orang tersebut. Ia dengan penuh kesabaran melayani setiap orang dengan berbagai karakternya. Hal ini berarti seorang mu’min harus menjadikan dirinya sebagai orang yang sabar dan harus memahamkan dirinya bahwa setiap orang tidaklah sama karakternya, sehingga ia akan berusaha untuk memahami setiap permasalahan dengan lebih sabar dan telaten. Mengenai keutamaan orang-orang yang sabar, Alloh SWT telah berfirman dalam Al Qur’an : “Dan bersabarlah, karena sesungguhnya Alloh tiada menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebaikan.”(QS. Hud : 115)“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.”(QS. Az Zumar : 10).Dengan sikap sabar ini Alloh SWT akan meng-anugerahkan sifat-sifat yang baik dan keberuntungan yang besar terhadap kita.
“Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar.”(QS. Fushshilat : 35)

Gambaran di atas merupakan beberapa karakter khusus sebuah cermin, yang tentunya harus ditiru dan diikuti oleh setiap mukmin agar ia mampu menjalankan perannya sebagi cermin bagi mukmin yang lainnya.

Sardana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Amnesti Pajak Berakhir, Objek Baru Lahir

Hiruk pikuk pelaksanaan program pengampunan pajak atau tax amnesty yang berlangsung selama periode Juli 2016 sampai dengan Maret 2017 tel...