Kamis, 16 Januari 2014

Mengapa harus mengeluh


Dalam hidup itu selalu dipergilirkan laksana siang berganti malam, pagi meninggalkan sore. Begitupun silih bergantinya kebahagian dan kesusahan itu dipergilirkan kepada kehidupan manusia. Pada saatnya dia berada di puncak kejayaan dengan kelapangan rizki dan kemasyhuran namanya. Pada saat yang lain bisa jadi dia menjalani hidup dalam kepapaan. Namun semua itu hakikatnya dalah ujian hidup. Ujian dan cobaan memiliki beragam bentuk dan variasinya.  Kemiskinan dan kesusahan adalah ujian, sebagaimana kekayaan juga adalah ujian. Hidup dalam kehinaan adalah ujian, sebagaimana hidup dalam sanjungan adalah ujian. Bukan pada kaya, miskin, terkenal, atau terhina yang menjadi tolok ukur keberhasilannya. Akan tetapi terletak pada seberapa mampu dalam menghadapi ujian itu sehingga dia tetap menjadi orang konsisten dalam kebaikan, ketaaatan, dan jauh dari sikap sombong.

Adakalanya orang berhasil menghadapi ujian kemiskinan, tapi gagal dengan ujian berupa kekayaan. Itulah yang dialami oleh Qorun. Pada saat  dia memperoleh limpahan harta yang luar biasa, dia tidak mampu mensikapinya dengan benar sehingga tumbuh dalam hatinya kesombongan. Pada giliran berikutnya dia pun harus menanggung kesengsaraan hidup karena mendapat siksa dari Allah swt. Naudzubillahi min dzalika.

Kalau hakikatnya semua adalah ujian dari Allah swt kepada hamba-Nya untuk mengetahu siapa yang lebih baik alamnya, lantas… mengapa harus mengeluh. Pensikapan terhadap ujian itulah yang terpenting. Kelapangan rizki sama dengan kepapaan, keburukan rupa sama dengan keelokan wajah. Bagi mereka yang beriman, baik ataukah buruk, mudah ataukah sukar, kaya ataukah miskin, sakit ataukah sehat, adalah ujian yang harus disikapi dengan benar agar tidak menggoyahkan keimanan. Setiap sisi kehidupan yang dialami, marilah bidik dengan sudut pandang positif sehingga menghasilkan potret kehidupan yang indah dan menyenangkan. Insya Allah  dengan mensikapinya secara benar, hidup kita akan terasa mudah dan ringan. Prinsip  Nabi Ibrahim As. dalam hal rizki, “…. Aku tidak pernah mengkhawatirkan sesuatu (rizki) yang urusannya telah ditanggung oleh Allah… “ (Nashaihul – ‘Ibad)

Sebuah pesan nasihat Rasulullah Saw

Baramgsiapa di pagi hari mengeluhkan kesulitan hidupnya (kepada orang lain), berarti seakan-akan dia mengeluhkan Rabbnya. Barangsiapa di pagi hari bersedih karena urusan duniawinya, berarti sungguh di pagi hari itu dia tidak puas ketetapan Allah. Barangsiapa menghormati karena kekayaannya, sungguh telah lenyaplah dua pertiga agamanya.” (Hadits dikutip dari Kitab Nashaihul-‘Ibad)”

Ayo kita buang sikap suka mengeluh kepada orang lain. Mengadu dan mohon pertolongan itu hanya kepada Allah swt, dan bersyukurlah atas nikmat yang Allah swt berikan kepada kita. Relalah atas takdir Allah kepada diri kita. Bersabarlah bila datang keadaan yang tidak sesuai dengan keinginannya.

Ganti barometer kehidupan kita, bahwa kemuliaan hidup itu bukan pada kekayaannya. Kemuliaan hidup itu ada pada kesholihan dan kelapangan ilmunya. Hormatilah seseorang bukan karena harta kekayaannya, demi menjaga dua pertiga agama ini.
Tetaplah semangat menghadapi hidup !!

Wallahu ‘alam
Sardana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Amnesti Pajak Berakhir, Objek Baru Lahir

Hiruk pikuk pelaksanaan program pengampunan pajak atau tax amnesty yang berlangsung selama periode Juli 2016 sampai dengan Maret 2017 tel...